Erick Thohir: Manusia Indonesia yang Menjadi Pusat Pertumbuhan, Bukan Sumber Daya Alam

Erick Thohir: Manusia Indonesia yang Menjadi Pusat Pertumbuhan, Bukan Sumber Daya Alam
Ilustrasi foto/Net

MONITORDAY.COM - Erick Thohir tiba-tiba memanggil seorang pengusaha muda dan satu orang mahasiswi, lalu menanyakan beberapa pertanyaan tentang apa yang ada di benak mereka soal masa depan Indonesia di tahun 2045.

Lantas, dalam seminar ‘Grand Design Menuju Indonesia Emas 2045’ di Universitas tertua di Sumatera Utara itu Erick membeberkan apa saja tantangan yang akan dihadapi oleh generasi muda mendatang.

Seperti anak-anak yang ditanya soal cita-citanya, keduanya menjawab pertanyaan-pertanyaan Menteri BUMN itu dengan lugas. Namun sepertinya, masih belum cukup memuaskan Erick.

Seolah menimpali jawaban pengusaha muda yang ditanyai, guna menggapai cita-cita Indonesia emas 2045 menurutnya, Indonesia masih terlalu bergantung pada sumber daya alam.

“Tantangan kita ada di knowledge based economy, di mana inovasi manusianya yang menjadi pusat pertumbuhan tidak bisa hanya mengandalkan market dan sumber daya alamnya saja,” jabar Erick.

Erick mengaku selalu bersemangat bila diundang untuk menjadi pembicara di universitas, melihat wajah-wajah muda mahasiswa, Erick mampu memandang masa depan Indonesia.

Mengambil spirit sumpah pemuda pada tahun 1928, di mana generasi itulah yang membuat Indonesia merdeka di tahun 1945. Kalau ditarik ke kondisi sekarang, Menteri BUMN itu agak mengkhawatirkan jika generasi muda didominasi generasi rebahan, maka 2045 itu jelas tinggal mimpi.

Knowledge based economy, kita harus punya skill labour yang melek teknologi. Di tahun 2045 Indonesia membutuhkan 17,5 juta tenaga kerja, pengusaha muda yang mengerti dan beradaptasi terhadap perubahan ekonomi,” kata Erick.

Menurut Erick Thohir, jika saat ini yang marak dibangun oleh pemerintah Jokowi adalah infrastruktur jalan, jembatan dan fisik. Ke depan yang akan dilihat infrastruktur digitalisasi sebab itu yang akan jadi backbone dari edutech, fintech, health tech, serta media tech.

Di sisi lain, melihat kondisi Pandemi yang terjadi saat ini bukan tidak mungkin akan terjadi di masa yang akan datang, kecenderungan itu terlihat manakala keseimbangan ekosistem alam yang sudah rusak.

Erick memprediksi umat manusia akan menghadapi kembali musuh yang tidak terlihat seperti virus Covid-19. Pandemi pasti berdampak pada kehidupan secara menyeluruh.

Pada paparan berikutnya, mantan Presiden klub sepakbola Inter Milano itu membahas, link and match antara pekerjaan yang hilang dan pekerjaan yang tumbuh, harus diantisipasi bersama-sama, ia mencontohkan jenis pekerjaan seperti office administratif support itu akan hilang di tahun 2030.

Petani, nelayan tradisional, kata Erick, juga akan hilang. Business related field atau kegiatan bisnis yang berpusat pada satu kawasan juga akan hilang, berganti oleh tipikal pekerjaan yang berkaitan dengan data science, big data engineer, software developer, AI expert, blockchains, digital marketing, market research, Biotech, dll.

“Ini roadmap yang harus kita selaraskan dan diimplementasikan secepatnya. Angka 17,5 juta di 2045 Kalau tidak diisi generasi muda maka yang akan mengisi adalah tenaga kerja negara lain,” pesannya.

Sementara, perusahaan start-up di Indonesia masih mengalihdayakan teknologi ke tenaga kerja India dan Rusia. Erick menilai saat ini mencari profesional yang savy kepada teknologi itu masih terbilang sulit.

Itulah mengapa BUMN-BUMN yang kini dinakhodainya mulai bertransformasi besar-besaran, tujuan dari transformasi BUMN itu tidak akan terjadi kalau tidak ada human capitalnya.

Setelah bertransformasi barulah dia memikirkan business model kemudian KPI-nya. Hasilnya di tahun 2020, meski pandemi melanda keseluruhan perusahaan BUMN untung Rp13 triliun. Di tahun 2021 laba BUMN kembali naik ke angka Rp61 triliun. Ini dilakukan berkat profesionalisme dan transparansi.

Pada akhirnya, business process yang didorong ketika BUMN untung didevidenkan ke negara yang dipakai untuk program pro rakyat.

Lebih lanjut, Erick mengatakan BUMN ini adalah penyeimbang pasar sekaligus penyeimbang ekonomi. Ia mengambil contoh di awal pandemi, ketika harga masker mahal dan mulai terjadi kelangkaan, kimia farma bikin operasi pasar sehingga ketersediaan masker terpenuhi.

Saat minyak goreng naik seperti pada awal tahun 2022 ini, atas perintah Presiden Jokowi yang memerintahkan BUMN untuk operasi pasar sebesar 17 miliar liter minyak, BUMN sebagai perusahaan kelapa sawit hanya memiliki 4% market share. Sampai bulan Mei kita target intervensi BUMN sebesar 7,5 juta liter minyak goreng.

“Sejak awal kami percaya ekosistem ini akan menjadi kunci perubahan yang ada di BUMN selain Human Capital,” tegas Erick

Selanjutnya, yang perlu dibenahi untuk menggapai visi Indonesia emas 2045, Erick menginisiasi penggabungkan 27 klaster menjadi 12 klaster. Memerger Pelindo I-IV, serta PTPN holding, tidak boleh lagi ada perusahaan BUMN yang menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Untuk itulah Kementerian BUMN melakukan konsolidasi supaya membangun ekosistem.

Bila ekosistem sudah dibenahi, Kementerian BUMN juga memperbaiki seluruh hilirisasi dari seluruh sumber daya alam BUMN. Dari Batubara yang dapat dijadikan metanol dan LPG, sampai nikel yang dapat diubah jadi baterai listrik. 

Mimpinya ada, perjalanan ke mimpi itu harus ada, dan perjalanan Itu harus dikonkretkan. Saat ini 5% direksi BUMN sudah diisi oleh anak muda di bawah umur 40 tahun yang diambil dari kalangan profesional dan swasta berprestasi, yang berasal baik di dalam maupun di luar lingkungan BUMN.

Erick menceritakan bagaimana dirinya merekrut Soleh Ayubi dari United Health Care untuk menjabat Direktur Informasi dan Digital Bio Farma, saat itu Soleh masih berusia 36 tahun. Lalu, ada nama Fajrin Rasyid, founder Bukalapak ke direksi Telkomsel.

Dari semua itu, Erick ingin membuktikan kalau kalangan muda memiliki kesempatan yang besar untuk mentas sebagai pemegang kebijakan di mana pun, khususnya di perusahaan-perusahaan BUMN.