Elon Musk Pasang Chip di Otak Monyet, Begini Tanggapan Ilmuwan dan Pakar

Elon Musk Pasang Chip di Otak Monyet, Begini Tanggapan Ilmuwan dan Pakar
Neuralink menunjukkan seekor monyet memainkan game menggunakan sinyal dari pikirannya. Dok. Neuralink

MONITORDAY.COM - Startup Neuralink belum lama ini memamerkan seekor monyet yang dipasangi chip di otaknya dan bisa memainkan game dengan kekuatan pikiran. Namun demonstrasi itu disambut dengan kritikan dari berbagai ilmuwan dan pakar etika teknologi.

Beberapa orang berpendapat eksperimen tersebut tidak begitu revolusioner, sebab teknologi serupa telah ada selama dua dekade terakhir.

Salah satu eksperimen yang bisa menjadi perbandingan adalah demonstrasi yang dilakukan sekelompok ilmuwan pada tahun 2002 di mana mereka berhasil membuat seekor monyet menggerakkan kursor di layar komputer hanya dengan kekuatan pikiran, mirip seperti yang ditampilkan oleh Startup didirikan Elon Musk itu.

Serupa seperti percobaan hampir dua dekade sebelumnya, Musk membayangkan chip yang ditanam di otak ini bisa membantu orang dengan gangguan syaraf bisa mengontrol hidupnya dengan lebih mudah.

Selain itu, Musk juga mengklaim teknologi ini nantinya bisa menyatukan otak manusia dengan kecerdasan buatan atau AI. Meski demikian, klaim inilah yang dikhawatirkan oleh pakar etika teknologi.

"Yang menjadi kekhawatiran saya adalah klaim yang berpotensi salah," kata dosen etika kedokteran dan kebijakan kesehatan di University of Pennsylvania Anna Wexler yang dikutip redaksi dari Observer, Senin (19/4/2021).

"Karyawan Neuralink adalah ilmuwan dan teknisi yang bekerja mengembangkan sesuatu yang tampaknya perangkat yang sah untuk tujuan medis. Tapi, co-founder perusahaan gemar membuat klaim muluk-muluk dan bombastis tentang potensi teknologi yang sama untuk menyembuhkan semua penyakit dan memungkinkan manusia bergabung dengan AI," lanjutnya.

Apabila Musk dan Neuralink berhasil mewujudkan klaim tersebut, tetap ada dampak sosial yang harus dihadapi dari perangkat yang bisa membaca pikiran.

Sementara itu, Ahli psikologi kognitif dan filsuf Susan Schneider mengaku dirinya senang menyambut teknologi yang bisa membantu orang dengan masalah mobilitas dan ingatan. Tapi ia tetap khawatir dengan penggunaan chip di otak untuk jangka panjang.

"Tanpa regulasi yang tepat, pikiranmu yang paling tersembunyi dan data biometrik bisa dijual ke penawar tertinggi," ungkap Schneider.

"Orang-orang mungkin merasa harus menggunakan chip otak untuk tetap bekerja di masa depan saat AI mengalahkan kita di tempat kerja," sambungnya.

Walaupun begitu, ilmuwan tetap mengakui kemajuan teknologi yang berhasil dicapai oleh Neuralink dan Musk.

"Demo Neuralink tampaknya menunjukkan kecanggihan teknis yang signifikan, terutama dalam hal sistem nirkabel dan jumlah elektroda yang tampaknya berhasil ditanamkan," ujar Wexler.