Ekspor Hortikultura, Sentra Pertanian, dan Circular Economy

Ekspor Hortikultura, Sentra Pertanian, dan Circular Economy
Pisang Mas Tanggamus Lampung Tembus Ekspor/ net

MONITORDAY.COM - Jualan pisang mungkin biasa, lain halnya kalau menjualnya ke luar negeri. Pisang termasuk komoditas hortikultura. Komoditas ini terdiri dari buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat dengan potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha agribisnis. 

Sebagian orang membedakan antara komoditas perkebunan dengan hortikultura. Jika hasil perkebunan harus diproses terlebih dahulu, lain halnya dengan hortikultura yang dapat langsung dikonsumsi atau digunakan. Meskipun dari akar katanya hortus berarti kebun. 

Ekspor perdana Pisang Mas ke Singapura pada Kamis (30/9/2021) menjadi bukti bahwa komoditas hortikultura sangat menjanjikan,.Ekspor pisang tersebut akan dilakukan secara rutin dengan minimal volume 2,5 ton/minggu. Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Hortikultura Yuli Sri Wilanti Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdhalifah Machmud mengungkapkan hal tersebut. 

Ekspor tersebut membuktikan ada permintaan dari luar negeri. Dan lebih penting lagi permintaan tersebut mampu ditangani. Tentu pengendalian mutu menjadi sangat penting. Yang jelas,  hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang potensial dan didorong untuk meningkatkan kesejahteraan petani, ekonomi daerah, ekonomi nasional serta meningkatkan devisa negara melalui ekspor. 

Sub sektor hortikultura pada kuartal I dan II tahun 2021 mencatatkan pertumbuhan sebesar 3,01% dan 1,84%. Hal ini mengindikasikan kontribusi sub sektor hortikultura yang sangat baik dalam struktur PDB Nasional.

Pada tahun 2020, ekspor hortikultura mencapai USD 645,48 juta, meningkat 37,75% dibandingkan tahun 2019. Peningkatan ekspor ini didominasi oleh komoditas buah-buahan selama masa pandemi Covid-19 tahun 2020. Nilai realisasi ekspor buah-buahan tahun 2020 tercatat sebesar USD 389,9 juta, meningkat 30,31% dibanding tahun 2019.

Dibutuhkan strategi pengembangan kawasan sentra produksi komoditas unggulan daerah yang diarahkan untuk peningkatan ekspor dan substitusi impor. Sehingga kuantitas dan kualitas produk dapat terjaga. Rantai pasok pun dapat dikelo dengan efisien. Kerjasama kemitraan antara petani dan pelaku usaha.

Saat ini, program tersebut telah berjalan di 7 (tujuh) lokasi yaitu Kabupaten Tanggamus (Provinsi Lampung), Kabupaten Jembrana (Provinsi Bali), Kabupaten Blitar, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Ponorogo (Provinsi Jawa Timur), Kabupaten Bener Meriah (Provinsi Aceh), dan Kabupaten Garut (Provinsi Jawa Barat).

Dari Kementerian Pertanian berkomitmen untuk terus mendukung melalui pendampingan dari sisi hulu dengan peningkatan teknologi dan akses. Pertanian dengan teknologi modern akan menunjang efisiensi dan produktivitas petani. 

Koperasi sangat cocok untuk membangun ekonomi kolektif di sentyra pertanian semacam ini. Dan dari Kementerian Koperasi dan UKM menekankan sinergitas yang baik, sehingga diharapkan mampu menjadikan petani naik kelas. Ekspor pisang mas ke Singapura dikelola oleh Koperasi. Badan usaha bersama ini dapat mengorganisasikan  

Dan yang lebih penting lagi adalah penerapan model integrasi budi daya pisang dan ternak sapi yang menerapkan circular economy/zero waste yaitu pemanfaatan batang tanaman pisang (ares) untuk bahan pakan ternak dan kotoran sapi untuk pupuk kandang. Langkah ini mendorong pertanian yang efisien dan ramah lingkungan.