Ekonomi Pandemi: Ekspor ke AS dan Intra Asia, dan Kelangkaan Peti Kemas

MONITORDAY.COM - Kelangkaan kontainer atau petikemas barang di pelabuhan menghambat kegiatan ekspor impor. Biaya pengiriman barang naik 50%-200%. Sepanjang 2020 hal ini sangat dirasakan oleh para ekportir Kelangkaan ini terjadi di seluruh negara karena belum stabilnya perekonomian dan perdagangan global. Aliran kontainer secara internasional ikut terpengaruh.
Pelaku eksportir di dalam negeri mengeluhkan langkanya pasokan peti kontainer untuk ekspor. Ketua Umum Asosiasi Logistik (ALI) Zaldy Ilham Masita menjelaskan keterbatasan kontainer terjadi di seluruh dunia akibat belum pulihnya perdagangan karena pandemi covid 19 dan belum berimbangnya aliran kontainer secara internasional. Kejadian ini tidak hanya menimpa Indonesia, dan kapal container perlu membawa muatan bolak-balik bila ke suatu negara biar efisien.
Indonesia sulit mendapatkan kontainer kosong akibat persaingan yang tidak seimbang pada perdagangan internasional. Pasalnya, pelayaran menuju Amerika Serikat (AS) lebih menarik dibandingkan dengan internal Asia. Demikian menurut Ketua DPP Asosiasi Logistik Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi.
International shipment sangat dipengaruhi oleh perdagangan USA, butter and bread industri shipping adalah angkutan ke AS keuntungannya besar sementara angkutan intra Asia kurang menguntungkan sehingga secara urutan daya tarik angkutan adalah menuju AS, Eropa , baru angkutan intra asia.
Menurunnya perdagangan global termasuk aktivitas ekspor AS mengakibatkan industri pelayaran merasionalisasi biaya dengan melakukan penundaan pelayaran, ditambah impor oleh AS yang tidak diimbangi dengan ekspornya mengakibatkan petikemas bekas impor tertahan di AS, sehingga terjadi kelangkaan petikemas secara global termasuk Indonesia.
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim menyebut kelangkaan kontainer yang hingga kini masih terjadi, menjadi salah satu hambatan ekspor di wilayah setempat pada 2020, akibatnya biaya pengiriman mengalami kenaikan berlipat-lipat.
Hal ini ni juga yang menjadi salah satu penyebab ekspor Jatim di triwulan IV/2020 kemarin mengalami penurunan. Kontainer langka dan biayanya menjadi sangat mahal. Demikian ditegaskan oleh Ketua Kadin Jatim, Adik Dwi Putranto. Kelangkaan kontainer yang hingga kini masih dirasakan para eksportir, dan berharap pemerintah bisa memberikan solusi yang terbaik agar kinerja ekspor bisa kembali naik.
Ketua Gabungan Pengusaha Ekspor-Impor (GPEI) Jatim, Isdarmawan Asrikan mengakui hal yang sama, bahwa naiknya komoditas ekspor Jatim masih belum dibarengi terbukanya akses internasional, khususnya kekurangan kontainer ekspor. Kekurangan kontainer ekspor internasional ini juga karena COVID-19, sebab beberapa negara belum membuka akses sepenuhnya.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat secara kumulatif (YoY) ekspor Jatim turun 5,29 persen, yakni dari Januari-Desember 2019 sebesar 20,2 miliar dolar AS turun menjadi 19,2 miliar dolar pada periode yang sama tahun 2020.
Sedangkan kinerja perekonomian Jatim sepanjang 2020 juga tercatat mengalami kontraksi 2,39 persen, hal ini sebagai dampak pandemi COVID-19.