Dubes Arif: Afghanistan Akui Indonesia Piawai dalam Peace Building

MONITORDAY.COM - Ada teori yang mengungkapkan jika ingin menguasai dunia, maka kuasailah Asia. Mengingat luasnya, Sumber Daya Alamnya, SDM, khususnya di Asia tengah, di dalamnya ada Afghanistan.
Namun rentetan peristiwa dan turbulensi politik yang tak menentu membuat Afghanistan mengalami ketidakstabilan yang cukup lama.
Untuk itu, saat kedatangan Menlu Retno ke Afghanistan dan bertanya ke Petinggi Afghanistan " Apa yang dibutuh dari Indonesia". Yang terlontar dari Para Petinggi Afghanistan saat itu adalah ajakan untuk mempromosikan "peace building'.
Kemenlu RI pun mengajak Ulama Afghanistan ke Indonesia untuk mempelajari bagaimana sesungguhnya Indonesia merangkai diversity in unity menjadi bukti jika Soft Diplomacy Indonesia menjadi ukuran yang tak boleh dipandang sebelah mata.
Hal ini disampaikan oleh Duta Besar RI Untuk Afghanistan Arif Rachman di diskusi Virtual Kopi Pahit dengan tajuk "Peran Indonesia di Afghanistan", Senin (25/8/2021).
Tampaknya, kata Dubes Arif, kehadiran Ulama Afganistan di Indonesia meninggalkan pengalaman yang menarik, khususnya soal kemajemukan Indonesia yang terbilang sukses yang tercermin dari falsafah bangsa Indonesia, yakni Bhineka Tunggal Ika.
Terlebih, ujar Dubes Arif, Presiden Jokowi mau berkunjung ke Afghanistan. Kunjungan ini menuai pujian. Pasalnya meski serangkaian bom tengah terjadi di negara tersebut, Jokowi mantap melakukan kunjungan kenegaraan.
Apresiasi perlu diberikan kepada Presiden Jokowi yang mengutamakan tindakan. Tentunya, Jokowi sudah memiliki analisis intelijen tentang kondisi negara itu.
Aksi berani Jokowi saat itu sebagai pertanda bahwa Indonesia merupakan representasi tokoh ASEAN, Gerakan Non Blok, dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
Kehadiran Presiden Jokowi menunjukkan Afghanistan tidak seperti pandangan sejumlah negara barat yang memberikan stigma buruk ke negara itu.
Perlu diketahui, dalam tiga tahun terakhir, Indonesia melalui organisasi kemasyarakatan Islam dan Majelis Ulama Indonesia secara aktif terlibat dalam proses bina damai (peace-building) di Afghanistan, walaupun bukan sebagai aktor utama.
Sejauh ini tambah Dubes Arif, Mantan Presiden Karzai memandang Indonesia sebagai contoh terbaik negara yang mayoritas penduduknya Muslim, tetapi berhasil membangun perdamaian dalam bingkai kebangsaan.
Sebaliknya, Afghanistan menghadapi masalah pelik karena konflik di antara faksi-faksi kelompok Islam, yang diperparah peta geopolitik yang runyam, telah menyebabkan hilangnya semangat perdamaian dan persatuan.
Aksi bom bunuh diri, persekusi terhadap minoritas, dan domestifikasi perempuan menjadi masalah-masalah yang semakin memperumit wajah dan masa depan negara para mullah tersebut.
Afghanistan mempunyai kekayaan alam yang luar biasa, tetapi konflik antarfaksi telah memupuskan harapan tumbuhnya perdamaian dan persatuan yang akan membawanya sejajar dengan negara-negara lain.
Maka dari itu, dengan adanya transisi politik saat ini, maka inisiatif perdamaian menjadi mutlak diperlukan. Perang sipil yang berlangsung lama sudah terbukti tidak membawa kemaslahatan bagi Afghanistan.
"Saatnya melakukan introspeksi dan reformasi dengan memulai era baru, yaitu dialog dan negosiasi perdamaian" tutup Dubes Arif.