Demi Hindari Pajak, 3 Bintang Sepak Bola Dunia Rela Lakukan Hal Ini

MONITORDAY.COM - Perputaran uang di industri sepakbola begitu menggiurkan. Di tengah hingar bingarnya olahraga terpupuler sejagat ini, kasus penggelapan pajak masih kerap ditemui. Tak cuma dari pemain, namun juga melibatkan agen pesepakbola.
Pemeriksaan ribuan dokumen yang berkaitan dengan beberapa klub sepak bola terkaya di dunia menunjukkan bagaimana klub dan pemain telah berulang kali berselisih dengan otoritas pajak atas peran dan pembayaran agen.
Saat mewakili pemain sepakbola untuk melakukan negosiasi, seorang agen sepak bola biasanya mengambil komisi minimal 5% dari gaji sang pemain. Dalam banyak kasus, pihak klub melihat angka tersebut sebagai bagian dari paket remunerasi pemain secara keseluruhan.
Di lima kompetisi liga-liga top Eropa, tarif pajak yang harus dibayarkan oleh pemain cukup beragam.
Ligue 1 Prancis misalnya, pemain yang memperoleh gaji minimal 193 ribu euro atau sekitar Rp 3,2 miliar rupiah dan maksimal 1,28 juta euro atau Rp 21,6 miliar harus membayar pajak sebesar 45 persen. Sementara bagi yang bergaji di atas 1,28 juta euro dikenai pajak 75 persen.
Misalnya, Neymar yang mendapat gaji 36,8 juta euro atau setara Rp 622,4 miliar bakal kena potongan pajak sebesar 75 persen. Jadi pendapatan bersih Neymar hanya di angka 9,2 juta euro atau Rp 155,6 miliar per tahun.
Kemudian, gaji Lionel Messi di PSG adalah 40 juta euro atau setara Rp 676,6 miliar. Namun apabila dipotong pajak sebesar 75 persen, gaji La Pulga menjadi 10 juta euro atau sekitar Rp 169,4 miliar per tahun. Tapi itu hanya perhitungan kasar saja, sebab nyatanya Messi mendapat gaji bersih 35 juta euro Rp 592 miliar per tahun.
Sementara besarnya pajak di Bundesliga lebih sedikit. Bagi pemain sepak bola yang mendapat gaji di atas 250 ribuan euro atau Rp 4,2 milliar dikenai pajak 45 persen.
Di Italia atau Serie A pajaknya jauh lebih kecil, para pemain yang bergaji di atas 75 ribu euro atau Rp 1,2 miliar akan dikenai pajak 43 persen.
Sedangkan, pajak para pemain di Liga Spanyol jauh lebih tinggi. Pemain yang bergaji di atas 300 ribu euro atau Rp 5 miliar mesti membayar pajak sebesar 52 persen. Lalu jika pendapatan pemain minimal 150 ribu euro atau Rp 2,5 miliar, besaran pajak yang harus dibayar sebesar 45 persen.
Pajak yang tinggi ini, mau tidak mau membuat para pemain sepak bola mencari celah untuk menghindarinya. Beberapa pemain bahkan ada yang berani menggelapkan pajak. Namun beberapa di antaranya memilih jalur offshore company. Apa itu?
Offshore company adalah badan perusahaan yang didirikan di luar negara tempat seseorang itu mendapatkan penghasilan. Badan usaha ini umumnya didirikan demi tujuan-tujuan tertentu.
CEO Finex Consulting, Ferry Chandra Gunawan mengatakan kalau offshore company lazimnya digunakan dalam wealth management. Offshore company tidak terikat pada aturan negara tempat individu yang mendirikan badan usaha tersebut mendapat penghasilan. Namun disesuaikan dengan negara tempat didirikannya offshore company tersebut.
Konsep offshore company belakangan kerap dipraktikkan dalam industri sepak bola. Pemicunya tentu saja tarif pajak di negara tempat seorang pemain sepak bola mendapatkan gaji. Kalau tarif pajaknya tinggi, pesepakbola memilih untuk mengalihkan gajinya ke perusahaan yang didirikan di negara lain yang lebih ramah pajak.
Apakah offshore company ini masuk dalam penggelapan pajak? Tentu saja tidak. Bahkan pemain sepak bola yang memakai metode ini untuk menghindari pajak yang besar tidak bisa serta merta dipenjara. Karena mendirikan offshore company bukanlah tindakan ilegal dan itu sah-sah saja.
Jadi sistemnya gaji pemain ditransfer bukan ke rekening pribadinya, tapi ke perusahaan offshore company yang didirikan si pemain. Maka besaran pajak pun disesuaikan dengan negara tempat offshore company didirikan.
Biasanya offshore company ini banyak didirikan di negara dengan tarif pajak rendah, seperti Panama, Uruguay, Irlandia, dan Swiss.
Pemain yang Pernah Memakai Offshore Company
1. Gelandang Chelsea N’Golo Kante pernah ditawarkan untuk dibayar melalui perusahaan lepas pantai atau offshore company di bawah naungan “NK Promotions”. Ada dugaan kalau Chelsea menekan N’Golo Kante agar pembayaran gaji pemain berpaspor Prancis tersebut melalui offshore company menyusul kepindahannya dari Leicester City.
Namun Kante menolak metode yang bisa membuat The Blues dan dirinya terbebas dari pajak. Mungkin Kante takut dosa kali. Four your information saja, di Inggris Raya tarif pajak nilainya 45 persen untuk pendapatan pemain di atas 150 ribu euro atau Rp 2,5 miliar.
2. Beda dengan Kante, megabintang Cristiano Ronaldo saat memperkuat Real Madrid mengalihkan gajinya ke sebuah perusahaan offshore company di Kepulauan Virginia, Britannia Raya untuk kemudian ditransferkan ke dua orang asal Irlandia yang mengelola perusahaan yang sudah ada sejak 2010 tersebut.
Ronaldo berhasil mengelabui kantor pajak Spanyol dengan menyembunyikan pendapatan riilnya. Tak tanggung-tanggung, nilanya sampai 14,7 juta euro pada 2011 dan 2014 atau Rp 248 miliar mengacu kurs sekarang.
Otoritas pajak di Spanyol menuding kalau pemain asal Portugal itu melakukan penggelapan pajak. Kendati Ronaldo tetap berdalih kalau dirinya taat pajak.
3. Mantan bintang Barcelona yang kini membela PSG, Lionel Messi. Sewaktu bermain di Blaugrana, berdasarkan laporan Panama Papers, Messi dan ayahnya mendirikan offshore company di Panama, bernama Mega Star Enterprises. Tak hanya itu, Messi juga mendirikan perusahaan di Belize dan Uruguay.
Messi dituduh menggelapkan pajak saat bermain di Barcelona sebesar 4,1 juta euro atau Rp 69,3 miliar kurs sekarang, dari pendapatannya untuk musim 2007 dan 2009. La Pulga bahkan nyaris dijatuhi vonis 21 bulan penjara.
Namun karena tak cukup catatan dan Messi mengakui kalau perusahaan offshore company di Panama itu tidak aktif, hukumannya pun ditangguhkan. Akan tetapi Messi tetap harus membayar denda 2 juta euro atau Rp 33,8 miliar.
Walaupun legal, tapi perlu dicatat bahwa mendirikan offshore company yang tujuannya untuk menghindari pajak adalah perbuatan yang tidak etis. Hal itu menyangkut latar belakangan munculnya pajak itu sendiri. Messi dan Ronaldo tentu tahu mengenai hal itu.