Cerita Tentang Pelangi Dari Berbagai Negara di Dunia

Udah ada penyampaian ilmiahnya, namun sebagian orang masih percaya dengan mitosnya

Cerita Tentang Pelangi Dari Berbagai Negara di Dunia
gadblog.com

LAKEYBANGET.COM – Secara ilmiah, peneliti menyimpulkan bahwa pelangi merupakan proses optikal yang terbentuk karena titik-titik air hujan yang sangat banyak menguraikan cahaya matahari dan akhirnya membentuk berbagai warna berurutan di langit yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Namun, jauh dari pernyataan ilmiah itu disebutkan, para nenek moyang berbaai negara di dunia memiliki mitos-mitos yang masih dipercayai hingga sekarang, tentang pelangi. Apa saja? Ini dia mitos menurut pemikiran nenek moyang :

Nenek moyang orang Jerman

Jerman menganggap pelangi adalah sebuah pertanda kehidupan. Jika pelangi yang biasanya muncul setiap habis hujan, tapi belakangan nggak muncul bahkan hingga empat puluh tahun lamanya, itu menandakan bahwa itulah akhir dunia. Jadi mungkin kerjaan mereka mantengin pelangi tiap habis ujan kayanya, sembari menghitung hari (kaya lagu)..

Amerika

Berbeda dengan suku  N. Indian Amerika, menurut mereka, pelangi dianggap 'Path of Souls' atau perjalan jiwa seseorang di siang hari.

Jepang

Warga Jepang menganggap pelangi adalah sebuah jembatan Surga yang mengambang, dan menampakkan wujudnya kepada manusia.

Hawai dan Polinesia

Beda dengan orang-orang N. Indian, di Hawaii dan Polinesia mengangap pelangi adalah jalur yang menghubungkan ke dunia atas.

Selandia Baru

Nenek moyang bangsa Selandia Baru malah menganggap pelangi itu adalah jalur manusia untuk masuk ke akhirat.

Yunani

Beda lagi bagi bangsa Yunani yang teguh mempercayai dewa-dewa. MEnurut mereka, pelangi adalah jalan antara Langit, Bumi dan alam untuk para Dewa.

Di Indonesia

Untuk Indnesia uda nggak asig lagi sih, mitosnya ada dalam film Jaka Tarub yang mencuri selendang putri sedang mandi. Dipercaya bahwa bidadari-badadari itu dari kayangan dan turun ke bumi melalui pelangi, dan kegiatan mereka ke bumi itu adaah mandi bareng.