Filosofi Perempuan Dalam Tari Jaipongan
Dari tarian jaipong ternyata ada filosofi yang bisa kita ambil

LAKEYBANGET.COM- Guys Tari Jaipongan saat ini telah menjadi salah satu identitas bangsa Indonesia dan jika dibedah lewat etimologi, kata Jaipong memang tidak memiliki makna khusus, namun di balik gerak tariannya, justru tersirat banyak makna. Tarian Jaipong meskipun populer dan sempat menjadi tren di tengah masyarakat untuk mempelajari genre tarian ini, bukan berarti tari jaipongan ini tidak mengundang kontroversi.
Tari jaipongan menjadi fenomenal karena dianggap sebagai suguhan tarian erotisme dan mengeksploitasi tubuh perempuan. Terutama gerakan pinggul dalam jaipongan yang disebut-sebut mengundang gairah lelaki. Apalagi jika dibandingkan dengan jenis tari Sunda tradisional yang identik dengan gerakan lembut dan menundukkan pandangan mata, Jaipongan sangat berbeda karena menunjukkan gerakan-gerakan cepat, agresif, dan secara berani mengumbar pandangan mata sebagai cara berinteraksi.
gambar: robby firmansyah
Hal tersebut sangat bertentangan dengan image turun-temurun yang telah dimiliki perempuan dalam pandangan masyarakat Sunda. Sosok ideal perempuan sejak lama adalah yang keibuan, berwibawa, kalem, penyabar, lembut, berkharisma, dan kesemuanya sama sekali tidak tercermin dalam tari jaipongan yang menunjukkan gerakan-gerakan atraktif dan dinamis.
Jauh sebelum Jaipongan muncul, menari kan tarian dilakukan oleh kalangan perempuan yang berasal dari kaum bangsawan dan kalangan konservatif, dianggap tabu. Hal ini berawal dari rusaknya citra penari yang dulu populer dengan sebutan ronggeng. Semakin ke sini, Tarian yang lebih santun diperbolehkan, selama yang menari adalah laki-laki, dan jika ada penari perempuan haruslah yang berasal dari kalangan rakyat.
Ketika jaipongan akhirnya muncul, penyampaiannnya dalam masyarakat pun menjadi berbeda. Tiap gerakan memiliki filosofi tersendiri.
Dalam tari, seringkali ditemukan ungkapan yang menggambarkan suatu kondisi masyarakat dan budayanya. Umumnya sang koreografer memiliki pemikiran tersendiri hingga dituang dalam gerakan tari. Tarian cenderung dijadikan media untuk menyampaikan aspirasi yang mungkin sulit diucapkan lewat kata. Jika perempuan begitu sulitnya menyatakan bahwa mereka ingin keluar dari kukungan stereotip sosok perempuan yang ideal serta aturan mengikat yang membatasi ruang gerak, maka mereka bisa mengaspirasikannyaa lewat tari, dan dalam tataran Sunda, gerakan dalam Jaiponganlah yang bisa menyampaikannya.
Sejak ditampilkan pertama kali, Jaipong dianggap sebagai tarian modern yang mampu menggebrak gaya konservatif. Selain menyuarakan emansipasi, jaipongan memperlihatkan simbol kebebasan dan pemberontakan lewat gerakan kepala, tubuh, tangan dan kaki yang tampak leluasa.
gambar: news.jalanjalanyuk.com
Perhatikan saja, gerakan pencak silat yang dikreasikan dalam jaipong membuktikan bahwa seni dalam bentuk apa pun tidak membedakan jenis kelamin, yang dengan kata lain menunjukkan bahwa perempuan dan laki-laki setara. Gerak pencak, tangkis, gibas, meupeuh, dan giwar yang menunjukkan kejantanan, bisa dipoles dan disesuaikan sedemikian rupa dalam tarian jaipong untuk memperlihatkan keindahan dan kelembutan perempuan, namun menggunakan kekuatan yang tidak berbeda dengan laki-laki.
Gerak cingeus yang tergambar lewat gesitnya gerakan tubuh dan kepala menunjukkan kecekatan dan keluwesan perempuan dalam menghadapi tantangan hidup.Gerakan kaki dalam jaipong seperti gerakdepok, sonteng, minced, dsb, yang menggambarkan kegesitan dan penyesuaian diri perempuan Sunda masa kini. Gerakan liukan tubuh serta kelenturan seluruh anggota badan dalam menarikan jaipong menunjukkan gambaran perempuan fleksibel dalam menghadapi segala perubahan dan persoalan hidup. Gerak galeong ditambah lirikan mata menggambarkan perempuan masa kini yang berani menyuarakan pendapat serta mampu berkomunikasi.
gambar: jabar.tribunnews.com
Jika dilihat dari perpaduan variasi tempo musik dan dinamika gerakan yang kadang cepat, sedang, dan lambat, dapat dilihat bahwa perempuan Sunda tidaklah monoton dan bisa menyelaraskan diri sehingga tidak membosankan.
Secara menyeluruh, gerakan dalam jaipongan telah menggambarkan perempuan Sunda masa kini yang enerjik, penuh semangat dan tidak pantang menyerah, ramah, genit, berani, gesit dan lincah, namun tetap kuat dan santun. Ini secara langsung mengubah stereotip lama soal perempuan Sunda cantik-cantik tapi malas.
Mengenai perempuan dengan tubuh sintal dan paras cantik yang merupakan image ideal penari Jaipongan, merupakan aset dan daya tarik yang akan selalu menonjol dari para perempuan Sunda, yaitu di balik kelembutan paras serta beberapa gerakan dalam tarian, terdapat juga gerakan gesit dan mengejutkan. Bahwa perempuan, sebaiknya tak selalu dinilai hanya dari luar berdasar stereotip budaya lama yang telah melekat.