Botol Pesan Berumur 37 Tahun dari Jepang Ditemukan di Hawaii

Botol Pesan Berumur 37 Tahun dari Jepang Ditemukan di Hawaii
Botol Pesan yang terombang-ambing Jepang ke Hawaii. Dok. Sma Choshi di Chiba, Jepang (Kiri), Spencer Platt/ Dok. Getty Images (Kanan).

MONITORDAY.COM - Abbie Graham, seorang pria yang sedang berekreasi bersama keluarga ke Paradise Park, Hawaii menemukan botol kaca kotor penuh lumpur. Adapun botol ditemukannya di antara pecahan kerang dan hamparan pasir berwarna kuning keemasan.

Awalnya, orang tua Abbie mengira botol tersebut hanyalah sampah, namun ada yang menarik dari botol itu.

Ternyata, di dalam botol tersebut terselip setumpuk surat berusia 37 tahun. Sedangkan pesan-pesan itu berasal dari Jepang atau 6.400 kilometer jauhnya dari tempat tinggal Abbie.

Tulisan di surat itu menggunakan bahasa Inggris, Spanyol dan Jepang. Sementara pengirim surat itu berharap orang yang menemukan botol akan mengirim surat balasan ke klub sains SMA Choshi di prefektur Chiba, tepatnya di timur Tokyo.

Bocah sembilan tahun yang tinggal di Keaau, Hawaii itu kemudian mengirim surat balasan, bahkan menyertakan gambar dirinya dan saudara perempuannya yang sedang makan sushi.

Surat Abbie diketahui tiba di Jepang pada awal bulan ini. Atas surat balasan itu, Wakil Kepala Sekolah SMA Choshi, Jun Hayashi menyebutkan, surat balasan Abbie itu menimbulkan kehebohan di sekolah.

“Para siswa riang gembira menerima surat balasan,” kata Jun Hayashi dilansir dari VICE Indonesia, Jumat (17/9/2021).

“Walaupun siswa yang mengirim surat sudah lulus, murid kami sekarang tetap senang menerimanya,” imbuhnya.

Mantan Anggota Klub Sains, Mayumi Kanda menyebutkan, dirinya tak menyangka mengetahui kabar dari pihak sekolah. Dia tak mengira ada yang menemukan botol berisi pesan tersebut.

“Ini membuka kembali kenangan saat saya masih sekolah. Saya sangat berterima kasih kepada anak yang menemukan botol, sekolah yang membuat proyek ini dan semua pihak yang terlibat,” kata Mayumi dalam konferensi pers Rabu (15/9/2021).

Adapun penemuan ini bukan hanya menghubungkan dua orang dari belahan dunia berbeda, melainkan juga menyelesaikan eksperimen tentang pergerakan arus laut.

Pada 80-an, siswa SMA Choshi melepaskan 750 botol berisi pesan ke laut. Harapannya, arus laut di sekitar perairan Jepang, menyebarkannya ke utara dan timur. Pada belasan tahun selanjutnya, sebanyak 50 botol ditemukan di Jepang dan beberapa negara lain, seperti Filipina, Tiongkok dan Pesisir Barat AS.

Namun, setelah itu tak pernah ada kabar lagi tentang penemuan botol.

“Pihak sekolah tidak mendengar adanya temuan apa pun setelah 2002,” ungkap Hayashi.

Akhirnya ada botol lain yang ditemukan 14 tahun setelah klub sains dibubarkan.

Diketahui, praktik mengirim pesan dalam botol dilakukan sejak dulu kala. Awalnya, pesan pertama dikirim oleh filsuf Yunani Theophrastus, murid Aristoteles.
Dia berusaha membuktikan Samudra Atlantik mengalir ke Laut Mediterania. Namun, dia tak pernah menerima surat balasan.

Kala itu, botol-botol dihanyutkan ke laut untuk memetakan arus, meminta bantuan atau sebatas bernostalgia dengan masa lalu.

Sementara pesan botol tertua yang diketahui berumur 132 tahun, ditemukan di pantai Australia Barat pada 2019. Menurut BBC, pada 12 Juni 1886 lalu, suratnya berasal dari kapal Observatorium Angkatan Laut Jerman yang menguji rute pelayaran.

Namun, praktiknya kini dinilai dapat mencemari laut—isu inilah yang mengakhiri eksperimen klub sains SMA Choshi.

Di sisi lainnya, ahli konservasi laut menyebutkan, sampah kaca memakan waktu yang sangat lama untuk terurai. Lalu, tutup botol juga berbahaya bagi burung dan makhluk laut lainnya.