BMKG: Pemadaman Listrik Tak Berkaitan dengan Gempa Bumi Banten

Intensitas guncangan pada gempa Banten diperkirakan tak terlalu keras. Sehingga gempa tersebut tidak akan dapat merusak infratruktur listrik yang ada.

BMKG: Pemadaman Listrik Tak Berkaitan dengan Gempa Bumi Banten
Ilustrasi foto/istimewa

MONITORDAY.COM – Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa pemadaman listrik yang terjadi sekitar Jobodetabek pada Minggu (4/8) lalu tidak berkaitan dengan gampa bumi di Banten, yang terjadi dua hari sebelumnya.

Seperti diketahui, padamnya listrik di wilayah Jakarta dan sekitarnya itu disebabkan oleh gangguan pada gas turbin 1 sampai 6 di Suralaya. Selain itu, gangguan juga terjadi di pembangkit listrik tenaga gas turbin di Cilegon-Banten.

Deputi Bidang Geofisika BMKG, Muhammad Sadly mengatakan, waktu terjadinya pemadaman listrik dengan peritiwa gempa bumi yang berselang dua hari. Rentang waktu tersebut cukup lama jika kedua peritiwa tersebut dikaitkan. Karena jika pemadaman listrik diakibatkan oleh gempa, maka seharusnya sudah terjadi sejak gempa berlangsung.

Waktu terjadinya gempa Banten adalah hari Jumat, 2 Agustus 2019 pukul 19. 03 WIB, sementara pemadaman listrik terjadi pada hari Minggu 4 Agustus 2019 pukul 11.45 WIB, maka rentang waktu kedua kejadian tersebut terpaut cukup lama," ujar Sadly, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (6/8).

Selain soal waktu yang jauh, Sadly juga mengatakan, intensitas guncangan pada gempa Banten juga dapat diperkirakan tak terlalu keras, sehingga  tidak akan dapat merusak infratruktur listrik yang ada.

Ia menjelaskan, bahwa  tingkat guncangan gempa bumi (shake map) gempa Banten yang terbesar menerpa Banten, Jawa Barat, dan DKI Jakarta dengan skala intensitas III-IV Modified Mercalli Intensity (MMI). “Dampak gempa semacam ini belum mampu menimbulkan kerusakan pada struktur bangunan yang kuat," tutur Sadly.

Lebih lanjut, Sadly pun manambahkan, bahwa jarak dari pusat gempa dengan infrastuktur pembangkit lisrik juga cukup jauh. Menurutnya, hal tersebut membuktikan bahwa pemadaman listrik tidak terkait dengan gempa bumi.

"Apalagi jarak antara episenter dan lokasi PLTU Suralaya sejauh 211 kilometer sehingga percepatan getaran tanah di Suralaya nilainya sangat kecil dan tidak memungkinkan terjadinya kerusakan," ungkap Sadly.