Awan Panas Semeru, Antara Erupsi dan Longsor

Awan Panas Semeru, Antara Erupsi dan Longsor
Rumah yang Terkubur Material Vulkanik Semeru/ net

MONITORDAY.COM -  Tak kurang dari 34 korban jiwa telah ditemukan dalam bencana alam Gunung Semeru. Sejumlah pihak mempertanyakan kemampuan lembaga terkait dalam mendeteksi aktivitas vulkanik gunung tertinggi di Pulau Jawa ini. Guguran awan panas dan material vulkanik seakan datang tanpa kabar terlebih dahulu. 

Warga dan para penambang pasir masih beraktivitas dan seakan tak tahu harus berbuat apa bahkan ketika gulungan awan raksasa terlihat membumbung tinggi. Tak terasa gempa vulkanik sebagai salah satu tanda yang paling populer yang mengiringi gerakan magma dari perut bumi. Warga pun tak mampu merespon dengan cepat. 

Berbagai pernyataan yang dimuat media menyebutkan istilah erupsi Semeru. Sebagian menyebutnya sebagai erupsi sekunder. Yang pasti, terjadi longsor atau guguran awan panas dan material vulkanik di gunung itu. Pada Kamis (9/12/2021) Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) akan menyelenggarakan diskusi terkait fenomena ini dengan menghadirkan para pakar antara lain Amin Widodo (Ahli Geologi ITS Surabaya), Ma'rufin (Dongeng Geologi), dan Surono (Ahli Vulkanologi).

Deputi MDMC  Ahmad Mutaqin Alim dalam status media sosialnya memakai istilah awan panas guguran kubah untuk mendeskripsikan peristiwa di gunung Semeru. 

Sementara itu dari situs Institut Teknologi Bandung (ITB) Ahli Vulkanologi Institut Teknologi Bandung Dr.Eng. Mirzam Abdurrachman, S.T., M.T., mengatakan, material aliran lahar yang terjadi di Gunung Semeru merupakan akumulasi dari letusan sebelumnya yang menutupi kawah gunung tersebut. “Terkikisnya material abu vulkanik yang berada di tudung gunung tersebut membuat beban yang menutup Semeru hilang sehingga membuat gunung mengalami erupsi,” katanya, Minggu (5/12/2021).