AS Beri Warning ke Tiongkok, Kapal Induk USS Reagan Mulai Hadir di Laut China Selatan

MONITORDAY.COM - China tetap mengklaim Laut China Selatan sebagai wilayahnya, meski telah dimentahkan pengadilan arbitrase internasional pada 2016 lalu, China tetap menegaskan kepemilikannya dengan meningkatkan kehadiran militer di perairan tersebut.
Demi melawan klaim China, kapal perang AS kerap bolak-balik melewati Laut China Selatan dalam beberapa tahun terakhir.
Angkatan Laut Amerika Serikat menuturkan salah satu armada kapal induknya, USS Reagan, telah memasuki Laut China Selatan untuk melakukan misi rutin pada Selasa (15/6).
"Di Laut China Selatan, kelompok penyerang tengah melakukan operasi keamanan maritim, meliputi operasi penerbangan dengan pesawat, latihan serangan maritim, dan pelatihan taktis terkoordinasi antara unit darat dan udara," kata Angkatan Laut AS melalui pernyataan seperti dikutip Reuters.
"Operasi kapal induk di Laut China Selatan adalah bagian dari kehadiran rutin Angkatan Laut AS di Indo-Pasifik."
Angkatan Laut menuturkan USS Reagan didampingi oleh kapal penjelajah rudal USS Shiloh dan kapal perusak rudal USS Halsey.
Pengerahan armada kapal perang ini dilakukan AS ketika ketegangan antara Washington dan Beijing terus meningkat, terutama setelah pertemuan negara kelompok G7 di Cornwall, Inggris, 11-13 Juni lalu.
Dalam pertemuan itu, China menjadi salah satu topik utama yang dibahas tujuh negara maju tersebut.
Dalam dokumen hasil pertemuan (communique) yang dirilis usai pertemuan berlangsung, negara G7 dengan gamblang menyinggung China mulai dari masalah hak asasi manusia (HAM) etnis Uighur di Xinjiang, otonomi Hong Kong, pandemi virus corona, hingga Laut China Selatan.
Dalam dokumen itu, negara G7 juga menyerukan China agar menghormati hak asasi manusia (HAM) dan kebebasan fundamental, terutama bagi rakyat di Xinjiang.
Tujuh negara dengan perekonomian tertinggi tersebut juga meminta China memberikan kebebasan dan otonomi lebih besar lagi bagi Hong Kong berdasarkan perjanjian pengalihan status wilayah itu antara Inggris-China pada 1984.
Imbasnya, China sangat marah dan meminta kepada setiap negara-negara G7 agar tidak ikut campur dengan internal negeri itu.