Antisipasi Krisis Pangan di Tengah Pandemi Covid-19, Muchlas Rowie Ingatkan Pentingnya Gerakan Menanam di Pekarangan Sendiri

"Upaya lain yang bisa dilakukan adalah menguatkan pangan berbasis keluarga. Dulu hampir semua kebutuhan pokok keluarga dapat dipasok dari lahan pertanian sendiri. Jadi kita berharap gerakan menaman di pekarangan ini menjadi penting. Ini harus kita mulai kembali di Indonesia" ujar Komisaris Independen PT Jamkrindo, Muchlas Rowie.

Antisipasi Krisis Pangan di Tengah Pandemi Covid-19, Muchlas Rowie Ingatkan Pentingnya Gerakan Menanam di Pekarangan Sendiri
Komisaris Independen PT Jamkrindo, Muchlas Rowie

MONITORDAY.COM - Komisaris Independen PT Jamkrindo, Muchlas Rowie mengatakan, wabah pandemi global Covid-19 tak hanya berkaitan dengan masalah kesehatan saja melainkan juga berdampak pada masalah ketahanan pangan dalam sebuah negara.

Menurutnya, Organisasi Pangan dan Pertanian atau yang dikenal dengan Food and Agriculture Organization (FAO) sudah mengingatkan bahwa kondisi pandemi sekarang ini bisa menyebabkan terjadinya krisis pangan dunia.

"Inilah yang diingatkan Pak Presiden Jokowi ketika rapat terbatas,
beberapa waktu lalu. Pak Jokowi meminta jajaran menterinya untuk mengingat tentang krisis pangan dunia yang disampaikan FAO," kata Muchlas yang juga Owner Monitor Media Group ini saat membuka sesi diskusi virtual yang digelar Kopi Pahit bertema "Ketahanan Pangan di Era Pandemi Covid-19", Ahad (19/04/29/0).

Lebih lanjut Muchlas mengutip pernyataan Founding Fathers yang juga Presiden RI, Ir Soekarno yang menyebutkan bahwa "pangan adalah urusan hidup dan matinya suatu bangsa".

Karena itu, Muchlas menilai krisis ketahanan pangan adalah persoalan serius yang harus dibicarakan dan diberi perhatian lebih dalam kondisi negara yang gonjang-ganjing karena pandemi Covid-19.

"Kita berharap diskusi Kopi Pahit ini dapat memberikan masukan bagaimana mengantisipasi krisis pangan yang kita hadapi. Sehingga sebagai bangsa yang luar biasa besar dan luas kita bisa mempersiapkan langkah-langkah strategis mengatasi hal itu," ujarnya.

Muchlas kemudian menjelaskan, sebelum pandemi Covid-19 mewabah setidaknya ada 10 negara yang berpotensi mengalami krisis pangan, di antaranya adalah Yaman, Sudan Selatan, Venezuella, Sudan, Zimbabwe, Kamerun, Burkina faso, Haiti, Afganisthan, dan Nigeria.

Namun setelah pandemi Covid-19 merajalela, lanjut Muchlas, semua negara di belahan dunia bisa berpotensi mengalami krisis pangan.

"Krisis pangan akan terjadi, di mana sejumlah negara sudah melakukan Lockdown dan disinyalir mereka tidak memungkinkan untuk mengekspore pangan ke negara lain, mereka lebih mengoptimalkan untuk negaranya dalam kondisi pandemi ini," terang Muchlas.

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Apa yang harus dilakukan agar dapat mengantisipasi krisis pangan tersebut?Terkait hal itu dalam kesempatan diskusi virtual Kopi Pahit, Muchlas kemudian menjelaskan, bahwa Indonesia perlu menjaga kelancaran rantai pasok makanan.

Menurutnya, Indonesia dapat melakukan saran yang telah disampaikan FAO di antaranya, menguatkan data pertanian dan pangan, memastikan kepastian akses terhadap pangan di wilayah rawan dan zona merah, memastikan kesinambungan rantai pasok pangan, dan menjaga para pelaku para pasok pangan tidak terinfeksi virus.

"Upaya lain yang bisa dilakukan adalah menguatkan pangan berbasis keluarga. Dulu hampir semua kebutuhan pokok keluarga dapat dipasok dari lahan pertanian sendiri. Jadi kita berharap gerakan menaman di pekarangan ini menjadi penting. Ini harus kita mulai kembali di Indonesia" pungkas Muchlas.

"Kita tahu ada beberapa konsep dan skema yang dapat dilakukan terkait ketahanan pangan ini, namun yang paling utama bagaimana keberpihakan pemerintah terhadap petani. Kita berharap ke depan Dana Desa bisa berpihak kepada petani agar mereka masih tetap menanam. Itulah apresiasi yang bisa kita berikan kepada Petani," tandas Muchlas kemudian.