Anak Muda Banyak yang Belum Tahu Fakta tentang Suku Sunda Ini

Lebih banyak mengenal akan lebih memahami dan mengambil manfaat dari nilai-nilai kearifan budaya

Anak Muda Banyak yang Belum Tahu Fakta tentang Suku Sunda Ini
candi sukuh (c) youtube

BANYAK fakta yang terkait dengan sejarah masyarakat Sunda. Dinamika kekuasaan dan persinggungan antara agama dan budaya dalam perjalanan panjang suku yang mendiami Pulau Jawa bagian barat ini sangat menarik. Berikut beberapa fakta yanglayak kamu ketahui :

Pertama, Kerajaaan Sunda sudah ada sejak zaman Salakanagara, Tarumanegara, Galuh, Pajajaran, dan Sumedang Larang. Kerajaan Salakangara ini berdiri tahun 130 M. Salaka artinya Perak. Eksistensi kerajaan Sunda memang mengalami pasang surut. Terbelah dan bersatu kembali. Kerajaan Tarumanegara menggantikan Salakanagara. Dan Kerajaan Sunda melanjutkan Kerajaan Tarumanegara. Raja Linggabuana yang memerintah Kerajaan Sunda gugur bersama putrinya Citraresmi dalam Perang Bubat.

Kerajaan Sunda sempat terpecah dengan hadirnya Kerajaan Galuh. Dua kerajaan yang kemudian bersatu kembali menjadi Kerajaan Pajajaran yang kemudian berakhir tahun 1579 ketika ditaklukkan Maulana Yusuf bin Maulana Hasanuddin. Sejak itu pusat kekuasaan terbagi menjadi tiga kerajaan Islam yaitu Kerajaan Pakungwati Cirebon, Surosowan Banten, dan Sumedanglarang.  

Kedua, Budaya Sunda lebih menonjolkan simbol daripada monumen. Sehingga walaupun ada pengaruh Hindu, namun tidak banyak candi atau monumen yang berdiri di Tatar Sunda. Banyak analisis yang memberi jawaban terhadap hal ini. Ada yang berpendapat bahwa kelangkaan candi dilatarbelakangi oleh keyakinan monoteis yang kuat berakar dalam masyarakat Sunda. Ada juga yang berpendapat bahwa hal tersebut karena sifat egaliter dalam masyarakat Sunda sehingga tidak terlalu memuja raja dan leluhurnya. Opsi lainnya adalah karena Kerajaan Sunda relatif tidak mengalami perebutan kekuasaan sebagaimana dahsyatnya perebutan kerajaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Ketiga, Interaksi Unik Islam dan Budaya Sunda. Di satu sisi ada anggapan bahwa Sunda adalah Islam. Namun di sisi lain ada kepercayaan Sunda Wiwitan yang berakar kuat di bebarapa daerah. Di Cigugur, Kuningan, ada masyarakat adat yang masih setia membangun Adat Karuhun Urang (AKUR) Sunda Wiwitan. Apakah Sunda Wiwitan itu agama atau budaya? Tentu banyak perbincangan yang pro-kontra. Namun faktanya Sunda Wiwitan eksis sebagai tatanan kearifan lokal dalam memandang alam, mengelola alam, dan mengembangkan budaya hingga hari ini.

Bagaimana interaksi antara agama dan budaya menjadi agenda tersendiri buat para tokoh, cendekiawan, ulama, dan masyarakat Sunda untuk mendialogkannya. Pada masyarakat Baduy, sistem nilai ini juga masih relatif menjadi pegangan dalam kehidupan sosial dan spiritual. Keunikan budaya Baduy adalah kekayaan dari keragaman budaya Sunda yang masih menarik perhatian banyak kalangan terutama para peneliti.

Keempat, Urang Banten adalah urang Sunda yang tinggal di bekas daerah kekuasaan Kesultanan Banten. Mereka ini ada di luar Parahyangan, Cirebon, dan Jakarta. Ada yang menganggap  suku Banten sebagai bagian dari suku Sunda adapula yang menganggap bahwa Suku Banten sudah menjadi suku tersendiri dengan nilai dan budaya yang berbeda walaupun mirip. Bahasa Banten boleh dikata adalah bahasa Sunda dalam dialek kasar.    

Dilihat dari komposisinya, Suku Sunda terdiri dari 30 juta lebih. Sementara Suku Banten diperkirakan sekitar 5 juta jiwa. Eksistensi kekuasaan politik Kesultanan Banten barangkali menjadi alasan bagi orang Banten menginginkan dirinya dianggap memiliki entitas budaya sendiri.