Akun Medsos yang Gambarkan Korban Covid-19 di Ekuador Terindikasi Palsu
Pemerintah Ekuador sedang menyelidiki ribuan akun media sosial yang terindikasi "berita palsu". Menteri Dalam Negeri Ekuador, Maria Paula Romo menuding penyebaran tersebut bertujuan untuk membuat kegaduhan dan merusak citra pemerintahan Presiden Lenin Moreno karena berjuang untuk menahan penyebaran wabah virus corona baru.

MONITORDAY.COM - Pemerintah Ekuador sedang menyelidiki ribuan akun media sosial yang terindikasi "berita palsu". Menteri Dalam Negeri Ekuador, Maria Paula Romo menuding penyebaran tersebut bertujuan untuk membuat kegaduhan dan merusak citra pemerintahan Presiden Lenin Moreno karena berjuang untuk menahan penyebaran wabah virus corona baru.
Dilansir dari nationalpost.com, Romo mengutuk keras berita di media sosial dengan menggambarkan kuburan umum untuk korban coronavirus atau Covid-19 warga Ekuador. Video tersebut adalah hasil dari rekayasa politik dari pihak oposisi yang sengaja mendeskreditkan Presiden Ekuador, Lenin Moreno
"Ada kampanye berita palsu, rencana untuk menghasilkan kekacauan melalui jejaring sosial," kata Romo kepada radio lokal, belum lama ini, jum'at (3/4/2020).
Diketahui 145 angka kematian akibat virus itu, tercatat angka yang paling tinggi di Amerika Latin. Sesuai arahan Presiden Moreno, ujar Romo, karantina di Ekuador diperketat untuk mencegah kerumunan warga. Tak dipungkiri, lebih dari 100 warga Ekuador yang meninggal setelah berjuang melewati masa-masa krisis karena terinfeksi Covid-19. Namun, tren angka kematian Covid-19 kini menurun sehingga pemberitaan yang berseliweran di media sosial bahkan diberitakan hingga di beberapa media mainstream luar negeri, baik dieropa, amerika dan negara lainnya, jelas sangat merugikan negara penghasil pisang berkualitas tinggi.
Selanjutnya, kata Romo, banyak media yang menjelaskan bahwa foto-foto kuburan itu, diambil di sebuah pemakaman di kota Guayaquil, yang disinyalir sebagai episentrum pandemi Covid-19 di Ekuador. Faktanya, foto dan video tersebut adalah pemakaman di Meksiko pada tahun 2018. Bahkan, pihak berwenang dan Aparat Kepolisian telah mengkonfirmasi bahwa foto-foto itu tidak diambil di Guayaquil.
Otoritas Ekuador memastikan gambar yang beredar dengan menunjukkan tubuh korban terbakar. Setelah Polisi menangkap penyebar video di Ekuador, ternyata mereka sebenarnya membakar ban.
Pandemi Covid-19 memberikan tekanan pada Ekuador sehingga negeri di Amerika Latin itu berpotensi pada gagal bayar utang luar negeri.
Hingga berita ini diwaratakan, Kota Guayaquil Ekuador tercatat mencapai 3.500 kematian disebabkan Covid-19.
Mendagri Romo mengungkapkan, pihak berwenang saat ini sedang menyelidiki peran dalam kampanye berita palsu. Ia menuding aktor intelektual utama penyebar video hoax ini diduga mantan Presiden Ekuador, Rafael Correa.
Menanggapi tudiangan Mendagri Romo, Pengacara Correa, Fausto Jarrin, membantah keterlibatan kliennya seraya mengatakan Correa tidak membuat "perhitungan politik" di jejaring sosial. "Dia tidak berniat menyebarkan berita palsu, itu konyol," kata Jarrin kepada Reuters.
Correa, dalam sebuah video yang diposting di Twitter pada hari Rabu , mengatakan bahwa jika pemerintah Moreno tidak dapat menangani krisis, "harus punya alternatif lain menangani lebih serius."
Jurubicara Kepresidenan Ekuador, Gabriel Arroba, mengatakan pihak berwenang telah mengidentifikasi sekitar 6.000 akun yang bertanggung jawab, yang posisinya menghasilkan 180 juta hit selama seminggu terakhir.