85.000 Balita di Yaman Meninggal Akibat Malnutrisi
Yaman telah hancur oleh perang yang berlangsung sejak tahun 2014. Pertempuran meruncing pada tahun 2015 ketika koalisi pimpinan Arab Saudi melancarkan rangkaian serangan udara terhadap gerakan pemberontak Houthi yang memaksa Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi melarikan diri ke luar negeri.

MONITORDAY.COM - Yaman telah hancur oleh perang yang berlangsung sejak tahun 2014. Pertempuran meruncing pada tahun 2015 ketika koalisi pimpinan Arab Saudi melancarkan rangkaian serangan udara terhadap gerakan pemberontak Houthi yang memaksa Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi melarikan diri ke luar negeri.
Akibat perang tersebut, setidaknya 6.800 warga sipil telah tewas dan 10.700 terluka. Sekitar 85.000 anak di bawah usia lima tahun meninggal karena gizi buruk akut, sebagai imbas dari perang di Yaman, kata sebuah badan amal berbasis di Inggris, Save the Children.
Seperti dikutip dari BBC, Rabu (21/11), 14 juta orang Yaman berada di ambang kelaparan. Meningkatnya harga pangan dan turunnya nilai mata uang negara akibat perang membuat lebih banyak keluarga berisiko mengalami kekurangan pangan dan mengalami gizi buruk.
Melalui perhitungan kasar, Save the Children menghitung sekitar 84.700 balita mungkin telah meninggal antara April 2015 dan Oktober 2018.
Jika malnutrisi yang terjadi ini tidak segera ditangani maka diperkirakan 20 - 30 % anak akan mati setiap tahunnya.
“Anak-anak yang mati disebabkan oleh malnutrisi akan mengalami penurunan fungsi organ. Imun yang sangat lemah menyebabkan menangis pun menjadi hal yang berat bagi anak-anak tersebut,” Ujar Muhammed Awadh Perwakilan Save The Children Yaman.
Nusair, salah satu bayi berumur 13 bulan yang menjadi korban perang Yaman. Ia menderita kelaparan dan malnutrisi akut. Nusair mendapat penanganan dari Save The Children sejak bulan Agustus lalu, namun kondisinya yang memburuk pada Oktober 2018.
Kondisi peperangan memaksa Nusair dan Ibunya untuk berpindah tempat mencari lokasi yang aman.
"Aku tidak bisa tidur, ini menyiksa, dan aku mengkhawatirkan anak-anakku," kata ibu Nusair, Suad pada Save The Children.