5 Tips Sehat dan Produktif di Era New Normal

Maka segera ditemukanlah istilah anyar yakni New Normal. Apa yang sebelum pandemi dianggap normal kali ini harus dievaluasi. Pendek kata standarnya berubah . secara mendasar. Norma berubah. Nilai bergeser. Ada protokol baru. Protokol yang memaksa ‘si kepala batu’ untuk menyingkir. Supaya tidak membahayakan khalayak.

5 Tips Sehat dan Produktif di Era New Normal
ilustrasi/ net

LAKBAN – Pandemi Covid-19 diprediksi akan berlangsung lama. Bahkan dunia mulai mewaspadai kemungkinan second wave atau gelombang kedua wabah. Episenter atau pusat ledakan wabah bergeser dari waktu ke waktu. Dari Tiongkok ke Eropa lau ke Amerika Utara. Eh, sekarang ke Amerika Selatan.

WHO (World Health Organization) mulai bicara tentang kemungkinan penerapan standar normal baru dalam kehidupan di tengah ancaman wabah yang masih mengancam. Lembaga dunia di bidang kesehatan ini menjadi lembaga paling disorot saat ini. Perannya seakan lebih penting dari Dewan Keamanan PBB.

Pun beberapa negara Eropa sudah mulai melonggarkan lockdown dan pembatasan sosial. Toh roda kehidupan harus terus berputar. Ekonomi harus bergulir. Pasokan kebutuhan terutama pangan tak bisa terlalu lama menunggu jeda.

Maka segera ditemukanlah istilah anyar yakni New Normal. Apa yang sebelum pandemi dianggap normal kali ini harus dievaluasi. Pendek kata standarnya berubah . secara mendasar. Norma berubah. Nilai bergeser. Ada protokol baru. Protokol yang memaksa ‘si kepala batu’ untuk menyingkir. Supaya tidak membahayakan khalayak.

Individu pun harus berubah. Menyesuaikan diri agar risiko terkendali. Dalam jangka pendek kita tak bisa menyandarkan diri pada vaksin dan obat. Ada beberapa kiat yang layak dicermati khalayak. Terutama generasi milenial dan mereka yang masuk dalam kategori produktif dan menjadi penyangga ekonomi.

Pertama, Hidup Bersih dan Cinta Lingkungan.

Kesadaran untuk hidup bersih harus sejalan dengan kecintaan pada lingkungan hidup. Juga lingkungan sosial. Tak salah kalau ada yang berpendapat bahwa virus corona tipe baru ini mungkin saja muncul karena perubahan yang terjadi di alam. Misalnya karena perubahan iklim. Menurunnya aktivitas manusia selama pandemi terbukti membuat langit kembali biru.

Kedua, Konsep Kerja Cerdas

Manusia harus merumuskan kembali cara kerjanya dalam mengelola alam. Energi baru dan terbarukan harus dipercepat untuk menggantikan energi fosil. Cara kerja manusia harus pula lebih efisien. Sampah makanan juga harus mampu ditekan. Penggunaan energi untuk hal yang tidak perlu harus diminimalkan. Pemborosan dalam segala hal adalah musuh bersama, pun keserakahan termasuk dalam mengekstraksi alam.

Ketiga, Gaya Hidup Keren

Nongkrong ngopi-ngopi sesekali boleh. Tapi bukan menjadi menu utama dong. Olahraga, jaga kebugaran, cukup istirahat menjadi niscaya. Tanpa olahraga tubuh akan rapuh mudah sakit dan lemah menghadapi serangan infeksi. Banyak penyakit yang masih dominan dalam masyarakat kita dan menjadikan risiko lebih tinggi saat wabah datang. Olahraga berat setelah begadang juga harus dihindari.

Keempat, Makan Bergizi

Nggak asal enak. Makan dan minum harus dilihat kandungan nutrisinya. Salah satu alat utama perang melawan virus adalah imunitas tubuh yang baik. Dan nutrisi tertentu akan sangat berpengaruh dalam membangun kebugaran tubuh dan imunitas. Buah dan sayuran segar organik bisa ditanam di lahan yang kita punya. Kalau tidak punya lahan luas tanam saja dalam pot atau kebun vertikal.  Atau kamu bisa membelinya.

Kelima, Smart Digital

Teknologi digital dapat membantu efisiensi dalam cara kerja manusia. Berbagai informasi bisa didapatkan. Belajar, rapat, belanja, bersosialisasi dengan cara baru di jalur daring sudah menjamur. Kuncinya kita harus cerdas menggunakan piranti digital. Untuk menunjang produktifitas. Banyak yang sukses dari belajar daring. Setelah ojek daring para petani pun akan segera menjadi petani daring. Membeli berbagai kebutuhan secara digital. Belajar pertanian lewat kanal digital. Juga menjual produknya secara daring.

Ok Bung! Bagaimana komentarmu atas artikel ini?