‘Darkest Hours’dan Arti Penting Memperjuangkan Keyakinan

Krisis yang akan anak muda hadapi di masa depan lebih kompleks, karena itulah pentingnya belajar memperjuangkan keyakinan.

‘Darkest Hours’dan Arti Penting Memperjuangkan Keyakinan
Foto: Jack English/Focuks Features

LAKEYBANGET.COM - Film yang berlatar belakang perang biasanya lebih dominan menampilkan adegan yang penuh aksi dan kekerasan, seperti pertumpahan darah, pemboman dan tembak menembak. Namun, Darkest Hour lebih menekankan pada alur cerita segi perpolitikan tokoh-tokoh Inggris.

Dirilis tahun 2017, film ini mengisahkan langkah Perdana Menteri terkenal Inggris, Winston Churcil (Gary Oldman) dalam melawan Nazi Jerman di masa Perang Dunia II. Ia menggantikan posisi Chamberlain (Ronald Pickup) yang dianggap lemah dalam melindungi keamanan nasional Inggris.

Dalam pidato pertamanya ke Parlemen, ia bermaksud melancarkan perang penuh melawan Jerman untuk mendukung Perancis. Ia juga menolak kemungkinan perundingan perdamaian. Winston menghadapi masalah pertamanya bahwa pasukan Britania Raya di Perancis dikelilingi oleh tentara Jerman dan terjebak di Dunkerque dan Calais.

Ia melawan saran dari Kabinet, memerintahkan serangan bunuh diri untuk mengalihkan perhatian musuh, sementara tentara di Dunkirk dievakuasi. Atas keputusan dan sifatnya yang nyentrik itu, banyak pihak yang kemudian menentangnya.

Dengan tekanan dari Neville Chamberlain dan Halifax (Stephen Dillane) sebagai Menteri Peperangan, serta mosi tidak percaya dalam Pemerintahannya sendiri, membuat Churchill didesak untuk mundur dan melakukan perundingan damai dengan Jerman.

Namun di rumahnya, Winston menerima kunjungan mendadak dari Raja yang bersiap menghadapi kemungkinan melarikan diri ke Kanada. Raja memutuskan untuk memberi dukungan penuh di bawah pemerintahan Winston.

Kemudian, Winston pergi ke Parlemen untuk mencari tahu pendapat mereka mengenai Pemerintahannya. Sejalan dengannya, Parlemen menolak negosiasi dan mendukung perlawanan penuh melawan Jerman.

Neville meninggal enam bulan kemudian karena kanker, sementara Halifax dikeluarkan dari kabinet dan dikirim sebagai diplomat untuk melayani di Amerika Serikat. Lima tahun kemudian, Britania Raya beserta para sekutunya meraih kemenangan atas Jerman.

Mantan Presiden PKS, Anis Matta punya pendapat sendiri soal ‘Darkest Hours’ ini. Menurutnya, terdapat pelajaran tentang kepemimpinan yang diujo oleh situasi kritis yaitu perlunya keberanian dan keyakinan menghadapi tantangan.

“Setiap kita pernah menghadapi krisis yang menguji keyakinan dan keberanian kita, dalam berbabagai dimensi dan ukuran. Keyakinan membawa kita menemus badai,” cuit Anies Mata dalam akun twitternya.

Anies bahkan mengajak kaum muda secara khusus untuk menonton film ini untuk belajar tentang harga keyakinan strategi memperjuangkan keyakinan itu.

"Karena krisis yang akan anak muda hadapi di masa depan akan lebih kompleks. Kita kerap melihat musuh begitu kuat dan adidaya, namun di situlah keyakinan dan keberanian kita sedang ditantang. Kadang musuh jadi makin besar oleh ketakutan kita," cuitnya kembali.

Berkat perannya sebagai Winston Churchil yang memukau, Gary Oldman memenangkan penghargaan Golden Globe sebagai aktor terbaik. Film yang disutradarai Joe Wright itu pun menjadi calon nominasi Oscar dan mendapat review positif dari para kritikus.

Berlatar belakang PD II, namun berkat penyampaian dengan humor yang pas akan membuat penonton tidak terlalu tegang. Alur yang mengalir sangat mudah dicerna penonton yang tidak terlalu suka dengan film ‘berat’.

Hingga 15 Januari 2018, film Darkest Hour mendapatkan $36,631,272 di Amerika Utara dan $19,900,000 di negara lain. Total pendapatan yang dihasilkan oleh film ini mencapai $56,531,272, melebihi anggaran produksi $30 juta.

 

[Agastof/Yst]