Yuk Intip 5 Hal Unik Seputar Imlek!

Etnis Tionghoa biasanya merayakan dengan memakan kue bulan dan membagikan angpau

Yuk Intip 5 Hal Unik Seputar Imlek!
Ilustrasi. (ist)

LAKEYBANGET.COM - Imlek merupakan perayaan tahun baru etnis Tionghoa. Perayaan tahun baru imlek dimulai di hari pertama bulan pertama mengacu pada kalender bulan (lunar calender) yang membuatnya selalu berubah-ubah di setiap tahun masehi.

 

Dalam kalender masehi, Imlek kali ini jatuh pada 16 Februari 2018 dan berakhir dengan perayaan Cap Go Meh di hari ke 15. Lalu, Gong Xi Fa Cai adalah istilah yang akrab di telinga menjelang perayaan Imlek dan etnis Tionghoa biasanya merayakan dengan memakan kue bulan dan membagikan angpau.

 

Lantas, hal unik apa lagi yang mungkin belum kamu ketahui seputar Imlek? Berikut lima hal unik seputar Imlek:

 

1. Membunyikan petasan

 

Orang Tionghoa kuno percaya pada zaman dahulu hidup mahluk aneh yang dinamakan Mahluk Gunung di atas rumpun pohon bambu. Sosoknya digambarkan memiliki satu kaki, pendek dan dikenal suka mengganggu penduduk desa.

 

Suatu hari karena kedinginan, penduduk desa membakar bambu dalam perapian. Mahluk itu pun marah dan muncul tiba-tiba menyerang penduduk. Ketika kekacauan terjadi, potongan bambu yang berada di perapian meletus dan menakut-nakuti para mahluk gunung ini. Diilhami dari kisah itu orang Tionghoa modern menyalakan petasan saat malam Tahun Baru Imlek.

 

2. Menggantung Lentera Merah

 

Pada masa Dinasti Ming, Li Zicheng, seorang pemimpin pemberontak memersiapkan diri untuk menguasai Kota Kaifeng. Agar penyerangan tidak mengganggu rakyat jelata, Li memerintahkan rakyat untuk menggantung lentera merah di pintu rumahnya sebagai tanda.

 

Namun malangnya, saat itu terjadi banjir. Penduduk lari ke atap rumah untuk menyelamatkan diri sambil membawa lentera merah. Dari kejauhan, Li melihat rakyatnya karena cahaya lentera merah tersebut dan memerintahkan prajuritnya untuk menolong mereka.

 

Sejak itulah, untuk memperingati kebaikan hati Li, bangsa Tionghoa selalu menggantung lentera merah pada setiap perayaan penting, salah satunya Tahun Baru Imlek.

 

3. Menyembunyikan Sapu

 

Pada zaman dahulu ada seorang pedagang bernama Ou Ming yang selalu berpergian menggunakan perahu. Suatu hari, saat ia sedang berlayar tiba-tiba badai menghadang. Ia terdampar di sebuah pulau dan perahunya rusak berat sehingga tidak dapat dipakai.

 

Ou kemudian ditolong oleh Qing Hongjun, penghuni pulau tersebut. Qing menjamu Ou dengan hangat, kemudian berniat memberikan kenang-kenangan kepada Ou. Ou kemudian meminta Ru Yuan, pelayan cantik yang bekerja di rumah Qing.

 

Akhirnya ia memberikan Ru Yuan beserta satu peti permata. Namun, Ou ternyata berniat jahat untuk memiliki semua permata itu sendiri. Ia merayu Ru Yuan agar memberikan kunci peti permata itu dan akhirnya diberikan.

 

Sejak saat itu perlakuan Ou terhadap Ru Yuan semakin kasar. Ru Yuan pun lari namun hampir berhasil tertangkap Ou. Ru Yuan melihat sebuah sapu bersandar di pohon, kemudian ia memutuskan untuk menghilang ke dalam sapu. Saat ia menghilang, semua harta yang di rumah Ou pun turut hilang.

 

Karena itulah, saat menyambut tahun baru Imlek, orang Tionghoa akan membersihkan rumahnya kemudian menyembunyikan sapu, dengan harapan semua hal yang tidak diinginkan hilang tersapu.

 

4. Ditandai dengan Pergantian Shio

 

Hingga saat ini, masih banyak orang Tionghoa yang masih percaya pada astrologi dan takhayul. Dalam tradisi Tionghoa, ada kebiasaan menamai tahun-tahun dengan nama hewan. Dalam setiap siklusnya, ada 12 hewan yang dijadikan shio. Tahun ini adalah shio Anjing Bumi.

 

Kebiasaan yang biasanya dilakukan saat pergantian tahun adalah rekonsiliasi dengan orang-orang, menghindari pelanggaran dan membangun kembali ikatan lama. Mereka juga membeli dan memakai baju baru, memberi hadiah dan membersihkan rumah.

 

5. Sempat Dilarang, Gus Dur Membolehkan

 

Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memutuskan untuk mencabut Inpres Nomor 14 Tahun 1967 yang melarang pementasan kebudayaan Tionghoa di muka umum. Inpres itu sebelumnya diterapkan di era Presiden Soeharto, yang mana mengizinkan perayaan kebudayaan Tionghoa, namun secara tertutup.

 

Dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2000, Gus Dur mencabut Inpres Nomor 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat China pasca runtuhnya Orde Baru.

 

Hingga kini, masyarakat Tionghoa bisa menggelar tradisi mereka di depan umum, termasuk merayakan Imlek yang ditetapkan sebagai hari libur nasional.

 

Meskipun sudah dirayakan hampir di seluruh dunia, namun di negara asalnya sendiri, Cina, Imlek pernah dilarang oleh pada masa Pemerintahan Partai Komunis di bawah pimpinan Mao Zedong (1893–1976).