Strong Voters Kedua Pasangan Calon Presiden-Wakil Presiden Dinilai Masih Rendah

MONITORDAY.COM – Temuan dari survei Voxpol Center Research and Consulting, menunjukkan peta politik masih dinamis dan kompetitif, hal ini bisa ditinjau dari angka strong voters baik di pemilih capres maupun pemilih partai politik, Jokowi-Amin maupun Prabowo-Sandi memiliki tingkat loyalitas pemilih di bawah 50 persen.

Strong Voters Kedua Pasangan Calon Presiden-Wakil Presiden Dinilai Masih Rendah

MONITORDAY.COM – Temuan dari survei Voxpol Center Research and Consulting, menunjukkan peta politik masih dinamis dan kompetitif, hal ini bisa ditinjau dari angka strong voters baik di pemilih capres maupun pemilih partai politik, Jokowi-Amin maupun Prabowo-Sandi memiliki tingkat loyalitas pemilih di bawah 50 persen.

Direktur Eksekutif Voxpol Center Research & Consulting, Pangi Syarwi Chaniago dalam pemaparan hasil surveinya mengatakan, Persentasi strong voters masing-masing sebesar 43.1 persen untuk Jokowi-Amin dan 40.9 untuk Prabowo-Sandi. Kedua kandidat Capres-Cawapres masih bersaing cukup ketat sehingga masih terbuka peluang bagi kedua pasangan calon untuk menang pada 17 April 2019 mendatang.

“Rendahnya angka strong voters ini akan mempengaruhi peta politik secara luas dan akan berpotensi merubah peta politik secara drastis, di sisi lain pemilih kita juga masih cair, partai ID kita juga masih rendah, relatif kecil pemilih setia dalam partai, biasanya faktor figur menjadi dasar pertimbangan mereka memilih,” papar Pangi di Gado-gado Boplo, Cikini, Jakarta Pusat (9/4).

Artinya, semakin tinggi angka strong voters kandidat atau partai politik maka semakin besar peluang meraih dukungan yang lebih besar.

Kemudian Pangi menjelaskan, Pergeseran pilihan politik dari pemilih masih mungkin terjadi, “kepastian pemilih terhadap pilihannya baru akan ditentukan pada saat mencoblos di bilik suara (27,9 %), melihat penampilan kandidat pada saat debat terahir (22,1%), sebelum berangkat ke TPS (19,7%), dan menunggu calon memberikan hadiah/sembako/uang (13,1%). Itu artinya masih banyak faktor yang bisa mengintervensi pilihan politik ini, di antaranya tokoh Agama (21,7%), Lurah/kades (10,4%) keluarga (8,9%), tokoh partai (7,6%),” ungkap Pangi.