Sri Mulyani : Ekonomi Akan Tumbuh 5%, Utang Berkurang 100 Triliun

MONITORDAY.COM - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan bergerak pada kisaran 4,8% hingga 5,2% pada kuartal II 2022. Sementara itu penerbitan Surat Utang Negara (SUN) juga akan dikurangi. Sebagai gantinya akan digunakan Sisa Anggaran Lalu.
Ekonomi Indonesia mengalami tren yang menggembirakan seiring membaiknya situasi pandemi. Pemulihan ekonomi Indonesia terjaga terutama dengan meredanya atau makin baiknya penanganan Covid-19 dan pelonggaran pembatasan kegiatan masyarakat sehingga aktivitas ekonomi terus pulih.
Momentum ini harus dipertahankan. Menurutnya pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan tetap kuat didukung oleh konsumsi masyarakat atau rumah tangga, kegiatan investasi, serta dukungan belanja Pemerintah.
Dalam catatan Menteri Keuangan indikator ekonomi hingga Maret 2022 tercatat baik seperti indeks keyakinan konsumen, penjualan eceran, penjualan kendaraan bermotor, semen, serta konsumsi listrik.
Ada berkah di tengah tekanan ekonomi dunia. Surplus neraca perdagangan pada Februari 2022 meningkat mencapai USD3,83 Miliar. Capaian ini didukung oleh kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas terutama dengan meningkatnya harga komoditas global seperti batu bara, besi dan baja, serta CPO.
Di sisi lain terdapat tekanan pada investasi portofolio sehingga mengalami net outflow sebesar USD1,3 Miliar sampai dengan 31 Maret 2022. Meski tekanan ini relatif lebih rendah dibandingkan emerging market lainnya. Portofolio Investasi adalah sekumpulan investasi yang dimiliki oleh suatu institusi ataupun perorangan. Bentuknya bisa bermacam-macam, seperti obligasi, reksa dana, properti, saham, dan instrumen investasi lainnya.
Sementara itu, cadangan devisa Indonesia pada Maret 2022 mencapai USD 139,1 Miliar atau setara pembiayaan 7,2 bulan impor atau 7,0 bulan impor dan pembiayaan utang luar negeri Pemerintah. Cadangan devisa ini berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Nilai tukar rupiah Indonesia pada triwulan I 2022 tetap terjaga dan mengalami sedikit depresiasi sebesar 0,33% dibandingkan posisi akhir tahun 2021. Depresiasi rupiah tersebut lebih rendah dibandingkan mata uang sejumlah negara berkembang lainnya seperti Malaysia, India, dan Thailand. Inflasi hingga Maret 2022 juga tetap terkendali pada tingkat 2,64% year on year.
Hal ini didukung masih cukup terkendalinya sisi penawaran di dalam merespon kenaikan permintaan dan juga tetap terkendalinya ekspektasi inflasi, stabilitas nilai tukar, serta berbagai respon kebijakan yang dilakukan Pemerintah terutama di dalam menjaga barang-barang yang diatur oleh Pemerintah.