Rumah Cerdas dan Internet of Things
Internet of Things ini memiliki dampak jauh di luar rumah kita

LAKBAN - Betapa sering kita lupa mematikan lampu di rumah. Juga kran air. Sementara itu kita mengeluhkan naiknya tagihan listrik, air, dan gas. Kita selalu ingin segala kebutuhan dasar tersedia. Namun kita juga tak boleh boros. Tak hanya soal ekonomi, yang lebih penting adalah soal kelangsungan kehidupan di bumi.
Rumah-rumah cerdas semakin banyak. Terutama di negara-negara maju. Perangkat seperti Amazon Alexa dan Nest Google membantu mengendalikan berbagai penggunaan energi di rumah. Penghematan bisa dilakukan dengan optimal. Termasuk dalam penggunaan pendingin ruangan.
Bahkan teknologi Internet of Things ini memiliki dampak jauh di luar rumah kita, terutama ketika menyangkut energi. Perusahaan Listrik, Air Minum, Gas dan sebagainya mau tidak mau harus akrab dan mengejar percepatan penggunaan teknologi baru. Salah satunya dalam penerapan Kecerdasan Buatan. Persoalan inefesiensi bisa diatasi.
Meteran cerdas, misalnya, memberikan gambaran yang lebih jelas tentang penggunaan energi tidak hanya kepada konsumen, tetapi juga bagi operator jaringan, memberi prediksi untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan. Jadi tidak hanya konsumen yang bisa mendapatkan keuntungan dengan penghematan ini. Operator pun juga akan bisa meningkat kinerjanya.
Dan ini hanyalah fenomena puncak gunung es. Infrastruktur digital sekarang membantu sektor energi menjadi lebih efisien daripada sebelumnya.
Kamu yang tertarik untuk belajar kecerdasan buatan akan memiliki prospek yang sangat cerah. Perkembangan infrastruktur dan kebutuhan masyarakat akan kecerdasan buatan semakin tinggi. Bukan hanya membuka dan menutup pintu mal lho Guys. Sensor sekarang telah menjadi mata di segenap penjuru.
SUPLAI YANG LEBIH CERDAS DENGAN AI
Jika kamu mengunjungi pembangkit listrik modern, kamu akan menemukan sensor digital yang melekat pada setiap peralatan. Pemanfaatan sensor ini seakan menjadi mata yang secara jeli mengawasi setiap langkah dan proses. Sehingga penggunaan energi benar-benar bisa dikendalikan.
Sensor-sensor ini menghasilkan data dalam jumlah besar. Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence mampu menganalisis untuk meningkatkan efisiensi - membantu menghasilkan lebih banyak listrik dari lebih sedikit bahan bakar.
Tidak hanya ini, tetapi menggabungkan data dan AI dapat membuat pembangkit listrik yang mampu beroperasi sendiri. Seperti pesawat auto pilot atau mobil tanpa sopir.
Di Takasago, Jepang, Mitsubishi Heavy Industries Group sedang dalam proses membangun pembangkit listrik tenaga gas alam baru yang mampu berjalan secara mandiri. Sebagaimana dilaporkan oleh Forbes.
Pabrik ini menggunakan platform digital yang dikembangkan oleh Mitsubishi Hitachi Power Systems, MHPS-Tomoni. Kemampuan untuk menambang data yang dihasilkan oleh sensor di sekitar pabrik, dan menggunakan AI untuk melakukan tugas-tugas seperti mendiagnosis kegagalan sebelum terjadi, mengurangi pasokan bila diperlukan, atau meningkatkan pembangkit listrik jika lonjakan permintaan.
Hebat ya?