Roadshow Unik Lola Amaria, Gelar Nobar di Pesantren Selama Ramadhan

Roadshow Unik Lola Amaria, Gelar Nobar di Pesantren Selama Ramadhan

MONITORDAY.COM -Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia memiliki lebih dari 25.000 Pondok Pesantren yang menjadi rumah dan sekolah bagi sekitar 4 juta santri.

Di pesantren para santri dididik untuk berpikir mandiri dan kritis dalam menafsirkan ayat-ayat suci dan pengetahuan modern yang sejalan dengan ajaran Islam.

Bisa dikatakan, pesantren adalah salah satu institusi pendidikan tertua di Indonesia yang menjunjung keberagaman dan toleransi di Indonesia dengan senantiasa mengedepankan dan mengajarkan kedamaian.

Atas dasar tersebut, Lola Amaria Production dan Shalahuddin Siregar bekerjasama dengan Yayasan Bumi Kaya Lestari mengadakan pemutaran film dokumenter 'Pesantren (A Boarding School)' di 10 titik pesantren yang tersebar di Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Bertajuk SINE-MA Ramadhan 2022, pemutaran film ini akan menjadi kegiatan pertama, bahkan di dunia, yang membawa sebuah film diputar secara keliling di institusi pendidikan seperti pesantren selama sebulan penuh di bulan Ramadhan.

Nonton bareng (nobar) film ini sekaligus jadi ajang ngabuburit yang akan mengisi kegiatan para santri yang kemudian dilanjutkan dengan diskusi atau ngobrol santai dengan para narasumber.

Film Pesantren A Boarding School garapan sutradara Shalahuddin Siregar bercerita tentang 2 guru dan 2 santri yang mengambil latar di Pesantren Kebon Jambu di Cirebon.

Berbeda dengan pesantren kebanyakan, pesantren yang memiliki 1.800an santri ini diasuh oleh seorang perempuan 'alimah bemama Ibu Nyai Masriyah Amva. yang mempraktekkan ajaran-ajaran agama dengan pendekatan yang santai dan damai.

Melalui film ini penonton disuguhkan hal- hal yang sering dipertentangkan dalam masyarakat; keberagaman, hak asasi manusia, kepemimpinan perempuan, musik dan perlunya humor dalam menyebarkan ajaran Islam.

Sejak islamofobia menjadi sentimen global, pandangan negatif tentang pesantren ikut menyebar tuas. Pesantren dipandang sebagai tempat subur tumbuhnya bibit radikalisme, terorisme, fanatisme agama,dan intoleransi.

Bahkan belakangan kita mendengar berita tentang kasus pelecehan dan kekerasan seksual yang dilakukan oknum pengajar terhadap santri di pesantren ikut mencoreng citra baik pesantren.

Salahuddin, Sutradara dan Produser film ini mengatakan bahwa dia membuat film ini karena terganggu dengan stigma negatif yang diberikan pada Pesantren sebagai tempat yang kolot dan tidak berkembang, bahkan tempat teroris diajarkan.

Shalahuddin, kerap disapa Udin, seorang sineas muda yang banyak berkecimpung dalam kegiatan-kegiatan sosial dan menekuni pembuatan film dokumenter.

Dia membuat film ini untuk publik agar mengenal lebih dalam mengenai kehidupan di dalam Pesantren berjalan sehari-hari. Baginya film dokumenter lebih bisa menggambarkan kehidupan sosial kemasyarakatan lebih realistik tanpa banyak visual artifisial yang kadang menipu penonton.

Film ini akan menceritakan sebaliknya, dimana pesantren justru tempat kita mengajarkan anakanak membuka pikiran terhadap perkembangan zaman, kemajuan teknologi, namun sekaligus meneguhkan keyakinan terhadap kebenaran agama. 

Lola Amaria selaku produser mengungkapkan film Pesantren pertama kali diputar untuk publik di IDFA (International Documentary Film Festival) di Amsterdam pada November 2019. IDFA adalah festival film dokumenter terbesar dan paling bergensi di dunia. Film ini disambut dengan antusias, terbukti dengan tiket yang terjual habis untuk dua pemutaran pertama.

Kegiatan Nobar bertajuk SINE-MA Ramadhan 2022 bertujuan Untuk menjadikan film sebagai bagian dari sistem pembelajaran, menggali potensi kreatif di kalangan santri dan memperkuat pandangan pedantren sebagai tempat bersemainya nilai-nilai keislaman yang penuh damai dan kasih sayang.

Didukung PT Telkom Indonesia dan Telkomsel titik pertama Nobar akan dilaksanakan di Pesantren Al Islamy Kebon Jambu Ciwaingin, Cirebon, yang menjadi latar tempat film ini dibuar, dilanjutkan 9 kota lain, dan akan berakhir di Pesantren Syamsul Ulum Bandung.