Relokasi Warga Jadi Mitigasi Maksimal Imbas Gunung Semeru Erupsi

MONITORDAY.COM - Guru besar Geologi dan Kebencanaan Universitas Brawijaya Malang, Adi Susilo mengatakan, relokasi jadi mitigasi paling maksimal menghindari korban jiwa akibat Gunung Semeru meletus. Khususnya untuk permukiman di wilayah dekat sungai yang dilalui aliran lahar.
“Relokasi itu mitigasi paling maksimal. Tentu itu bisa dilakukan kalau ada kemauan dari masyarakat dan pemerintah menyediakan anggarannya,” kata Adi di Malang, Senin (6/12) kemarin..
Ia mengatakan, sering kali masyarakat tidak mau dipindah dari tempat tinggalnya karena itu satu-satunya tanah mereka. Penduduk kebingungan bila diminta pindah tapi tak disediakan tempat pengganti. Meski mereka tahu bahaya bila sewaktu-waktu Semeru erupsi.
“Itu jadi pertimbangan utama masyarakat, kalau memungkinkan dipindah sebaiknya dipindah,” ucap Adi yang juga Ketua Pusat Studi Kebumian dan Kebencanaan UB Malang ini.
Hampir semua aliran sungai di lereng Semeru berpotensi menjadi aliran lahar besar dari peningkatan aktivitas vulkanik Semeru. Ada banyak aliran sungai sepanjang satu kilometer dari atas Semeru yang juga berpotensi dilalui guguran material vulkanik.
“Jadi bukan sungai aliran lahar panas dampak erupsi pada Sabtu kemarin, tapi semua di daerah aliran sungai di dekat Semeru itu berbahaya,” ujar Adi.
Karena itu relokasi permukiman di sepanjang aliran sungai menjadi mitigasi terbaik. Sebab sungai itu bisa kembali dilalui material vulkanik bila Gunung Semeru erupsi kembali. Data sejarah panjang letusan gunung tertinggi di pulau Jawa itu bisa dipelajari.
“Sebaiknya permukiman itu memang dipindah, tetapi tentu pemerintah perlu anggaran yang sangat besar sekali bila memindah. Atau penduduk mau pindah dengan sendirinya,” tukasnya.