Prof Obsatar Jadi Ketua Tim Formatur ICMI Orwil Jabar Periode 2022 - 2027, Ini Kata Prof Sutarman

MONITORDAY.COM - Meski proses sidang pemilihan Formatur Ikatan Cendekiawan Muslim (ICMI) se-Indonesia Organisasi Wilayah (Orwil) Jawa Barat (Jabar) periode 2022 – 2027 sempat menegangkan, pelaksanaan pemilihan Ketua dan Tim formatur berlangsung dengan penuh keakraban.
Tampak, peserta begitu antusias memberikan hak suaranya kepada para Calon Ketua Tim Formatur ICMI Orwil Jabar.
Melalui pemilihan yang demokratis, Prof. Obsatar Sinaga terpilih menjadi Ketua Tim Formatur ICMI Orwil Jabar periode 2022 – 2027 di Hotel Puri Khatulistiwa Jatinangor Sumedang, Senin-Selasa (13-14/6/2022).
“Berdasarkan AD/ART, suara terbanyak menjadi ketua formatur dan ketua ICMI Orwil Jabar periode 2022 – 2027” ujar Pimpinan Sidang Presidium Muswil VII ICMI Orwil Jabar, Dr. H.UK Anwarudin, Prof.Dr. Sutarman dan M. Natsir Amir SS M.Pd.
Adapun 7 tim formatur hasil Muswil VII ICMI Orwil Jawa Barat: sebagai berikut
1. Prof. Dr. H. Obsatar Sinaga, S.IP.,M.Si
2. Prof.Dr. Sutarman
3. Prof Dr. Encup Supriatna
4. Dr. H.UK Anwarudin
5. Dr.Asep Sahid Gatara,
6. Dr. Jawadul Akbar,
7. H. Muhtarom, M.Ag
Prof.Dr. Sutarman yang juga Ketua ICMI Orda Sumedang mengucapkan selamat kepada Prof Obsatar dan apresiasi setinggi-tingginya kepada Prof Najib atas dedikasinya menahkodai ICMI Orwi Jabar selama dua periode.
Sutarman kepada monitorday.com menjelaskan tugas Cendekiawan sungguh berat. Amanah ini boleh jadi kabar baik juga sebaliknya.
Apalagi Jabar dengan cakupan wilayah yang luas, suka atau tidak, pucuk pimpinan dituntut membawa gerbong ICMI dan menggairahkannya, mendialogkan kembali apa peran dan aksi nyata muslim cendekiawan dalam dinamika dan kompleksitas umat dan bangsa detik-detik ini.
" Pasca reformasi, ICMI tamapk redup karena kader terbaik ICMI sibuk buat Partai sehingga melupakan isu-isu dasar keumatan. Tugas kita saat ini bagaimana mewacanakannya, dan bergerak menyusun agenda aksi yang nyata. ICMI harus inspiratif di segala bidang dan jangan terkesan terlampau politis," jelas Sutarman.
Bagi Sutarman, ICMI harus bisa memfungsikan diri kembali sebagai terminal dan resultan gagasan-gagasan, menjadikan dirinya “rumah” yang nyaman bagi kalangan intelektual Islam yang belakangan ini terkesan “jarang bersilaturahmi” secara gagasan.
Sutarman berharap ICMI tidak boleh hanya sebatas intellectual exercise, tapi harus ada literasi produktif yang muaranya adalah pemberdayaan umat.
" Masyarakat kita saat ini butuh perbaikan ekonomi, kesehatan dan pendidikan. Ini zaman disrupsi yang serba ketidakpastian, butuh upaya konkrit yang yang sustainable," terangnya.
ICMI, kata Sutarman, harus mampu menjawab tantangan Jawa Barat, bahkan isu nasional seperti pengangguran terdidik, angka stunting, UMKM dan bonus demografi yang sudah di depan mata.
" Semua tantangan itu dijawab dengan solusi dan program unggulan ICMI yang mampu bersinergi dengan pemerintah daerah dan pusat. Jabar Juara, ini slogan yang keren. Bicara Jabar Juara, maka disitu ada ICMI," pungkas Sutarman.
Penutup, Sutarman mengutip guyonan Cak Nun bahwa Cendekiawan tentu lebih mengedepankan nilai, etos, dan cara pandang yang luas multiperspektif, ketimbang makelar yang pragmatis-transaksional.
Yang diharapkan dari Cendekiawan adalah produk pemikirannya, bukan semata-mata figur figurnya.
ICMI memang memerlukan “pendekar-pendekar”, tetapi jauh daripada itu adalah “kesaktiannya” dan kebermanfaatannya untuk umat.