Piala Eropa & Para Imigran
Bukankah lebih baik membangun 'jembatan pemahaman' dibandingkan 'tembok pemisah'?

LAKEYBANGET.COM - Piala Eropa 2016 hadir dengan latar politik yang tidak sederhana. Negara-negara Eropa sedang diserbu para imigran yang terhimpit kondisi perang di negaranya dan kondisi ekonomi yang morat-marit. Sementara itu ISIS menebarkan teror dengan rangkaian ledakan ataupun tembakan. Tak terkecuali kota Paris yang mendapatkan serangan sistematis pada November 2015 hingga menewaskan 130 orang.
Negara-negara Eropa pun sedang dilanda dengan menguatnya partai politik sayap kanan. Partai politik sayap kanan menekankan pada jargon anti imigran. Maka Piala Eropa 2016 hadir dengan latar sosial politik seperti itu. Dan Piala Eropa 2016 menjadi panggung bagi sejumlah pemain berdarah imigran. Ada Paul Pogba (berdarah Guinea), Bacary Sagna (berdarah Senegal), N’Golo Kante (berdarah Mali), Patrice Evra (kelahiran Senegal), Blaise Matuidi (ayah berdarah Angola), Sami Khedira (ayah berdarah Tunisia), Shkodran Mustafi (berdarah Albania), Granit Xhaka (berdarah Albania), dan tentu masih banyak lagi.
2 sosok imigran yang turut membawa Jerman jadi juara Piala Dunia 2014.
Piala Eropa seolah menjadi panggung dan jawaban mengenai wajah multikultural Eropa. Sesuatu yang mungkin telah dilupakan oleh beberapa orang. Manakala semangat segregasi, semangat anti imigran menguat.
Piala Eropa dengan demikian mengingatkan pesan John Lennon bahwa ‘And the world will be as one’. Bukankah lebih baik membangun “jembatan pemahaman” dibandingkan “tembok pemisah”?