Penentuan Lokasi Smelter Freeport di Gresik Pertimbangkan Banyak Aspek

MONITORDAY.COM - Fasilitas pemurnian atau smelter milik PT Freeport Indonesia (PTFI) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Gresik, Jawa Timur. Smelter dapat memfasilitasi pemurnian logam berharga, menghasilkan emas, perak, hingga logam berharga lainnya.Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi melakukan peletakan batu pertama (groundbreaking) sebagai tanda dimulainya pembangunan smelter, Selasa (12/10/2021).
Dari sisi permintaan saat ini, terjadi lonjakan (supercycle) dengan nilai copper berada di kisaran 9.400 dolar AS per ton. Smelter di Gresik semakin memperkuat hilirisasi industri dan menjadi daya tarik bagi industri lain, khususnya industri turunan tembaga untuk ikut berinvestasi.
Fasilitas peleburan itu menjadi smelter single line terbesar di dunia. Sebab, memiliki kapasitas desain hingga 1,7 juta ton konsentrat per tahun. Erick Thohir Ungkap Smelter Freeport Gresik Bisa Produksi emas 35 ton/ tahun. Ini adalah single line terbesar di dunia dan produksinya 600.000 copper. Nilai copper sekarang lagi supercycle 9.400 dolar AS per ton. Jadi investasi yang Rp 42 triliun atau 3,5 miliar dolar AS, revenue dari copper saja 5,4 miliar dolar AS. Nilai transaksinya mencapai Rp 30 triliun.
Presiden Direktur PTFI Tony Wenas pada Kamis (4/11/2021) menjelaskan bahwa pemilihan lokasi pembangunan smelter Freeport di Gresik karena mempertimbangkan berbagai aspek. Pelaksanaan proyek ini memperhatikan banyak aspek, antara lain : aspek keekonomian, lokasi ke pasar, ketersediaan lahan, ketersediaan pelabuhan, ketersediaan listrik, keberadaan industri lainnya.
Dari situs PT Freeport Indonesia terangkum bahwa pada Desember 2018, PTFI telah menerima Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) dari Pemerintah Indonesia yang memungkinkan PTFI untuk tetap beroperasi di wilayah pertambangan mineral Grasberg hingga 2031. Dalam IUPK tersebut, disebutkan bahwa PTFI memiliki hak perpanjangan operasi hingga 2041, dengan syarat PTFI menyelesaikan pembangunan smelter baru dan memenuhi kewajiban perpajakan kepada Pemerintah Indonesia.
Sejalan dengan IUPK tersebut, PTFI sudah mulai membangun smelter baru dengan nama Smelter Manyar. Ini adalah smelter kedua PTFI setelah pada 1996 PTFI membangun smelter peleburan tembaga pertama di Indonesia, yang kini dikenal dengan nama PT Smelting Gresik. Smelter pertama tersebut dibangun sebagai wujud kepatuhan PTFI terhadap Kontrak Karya II (izin operasi PTFI pada 1991-2018) yang mewajibkan seluruh pemegangnya melakukan proses pengolahan/pemurnian di dalam negeri.
Kedua fasilitas smelter PTFI ini adalah bentuk nyata komitmen serta keseriusan PTFI dalam mendukung program hilirisasi nasional. Ke depannya, PTFI dan Pemerintah Indonesia akan terus bahu membahu agar kedua smelter dapat memberi manfaat semaksimal mungkin bagi semua pihak, melalui berbagai upaya seperti mempertahankan iklim investasi yang sehat dan memperluas industri-industri hilir yang siap menyerap hasil olahan tembaga PTFI.