Ngepoin The Chainsmokers sebelum Konsernya di Jakarta

Tanggal 30 Maret 2018, Duo DJ The Chainsmokers ini bakalan manggung di JIEXpo Kemayoran. NIkmati musiknya tanpa narkoba ya Guys

Ngepoin The Chainsmokers sebelum Konsernya di Jakarta
(c) globalspin

 

LAKEYBANGET- Telingamu pasti sudah pernah mendengar lirik lagu ini, guys.

I need you, I need you, I need you right now

Yeah, I need you right now

So don't let me, don't let me, don't let me down

I think I'm losing my mind now

It's in my head, darling I hope

That you'll be here, when I need you the most

So don't let me, don't let me, don't let me down

Don't let me down

 

Dan kamu yang menyukainya pasti sudah tahu kalau lagu ini akan bisa dinikmati secara live di panggung Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta. Tepatnya di tanggal 30 Maret 2018. Kamu yang suka dengan karya mereka tak boleh ketinggalan info. Dan apa sih yang sulit ketika informasi sudah bisa didapatkan hanya dengan klik oleh jemarimu?

 Ya. Lagu Don’t Let Me Down ini menjadi salah satu hit dari The Chainsmokers. Duo DJ Amerika yang terdiri dari Andrew Taggart dan Alex Pall. Lagu itu menjadi single top pertama mereka yang masuk 5 besar . Dalam lagu itu, mereka menampilkan kolaborasi dengan penyanyi 19 tahun, Daya. Karya ini digemari publik blantika musik dan mendunia.

Taggart menggambarkan bahwa musiknya memadukan antara indie, musik pop, musik dansa, dan hip-hop. The Chainsmokers menjadi salah satu penanda bahkan mungkin akan menjadi legenda musik di era digital dengan genre EDM, Electronic Dance Music.  Meskipun tak pelak kontroversi atas karya dan musikalitas mereka juga mencuat ke permukaan.

Tak sedikit kritik yang menyatakan bahwa karya mereka tak layak masuk dalam genre EDM.  Dan banyak pula yang mengkritisi single dan album mereka yang belakangan dinilai tidak mengangkat sesuatu yang baru. Cenderung mengulang  alias tak kreatif sebab tak beranjak dari apa yang sudah mereka produksi dalam hit-hit sebelumnya.

Genre EDM atau Pop-EDM memang memiliki akar sejarah yang panjang. Kalau ditarik ke belakang maka kita akan melihat jejak musik disko dan house music ada diantara genre musik yang memberi landasan bagi terbentuk genre baru musik ini.  

Tahun 2014 lagu "#Selfie", mencapai nomor enam belas di US Billboard Hot 100, nomor tiga di Australia, dan nomor sebelas di Inggris. Itulah awal debut mereka mulai terlihat di pentas musik dunia. Kepercayaan diri mereka menguat dan lahirlah karya mereka,Bouquet, pada bulan Oktober 2015. Diikuti single "Roses"  yang mencapai top 10 di Billboard Hot 100. Dan “Closer” mengikuti jejak sukses hit-hit sebelumnya.  Total tak kurang dari 24 single telah mereka torehkan.

Salah satu kunci sukses mereka adalah pembagian tugas antara keduanya  yang berjalan baik. Andrew yang lulusan jurusan bisnis musik menangani segala ide kreatif. Alex yang punya pengalaman manggung sebagai DJ bergelut dengan sisi komersial dan mencari penyanyi yang cocok membawakan karya mereka.

Ada peringatan dini yang ingin lakban sampaikan ke kamu guys. Musik aliran EDM ini memang tumbuh bersama budaya dugem alias clubbing. Namun, secara obyektif kehadirannya tak bisa dinafikan karena telah memiliki pasar yang sangat luas di jagat musik. Kedekatan musik yang memang sangat asyik untuk mengiringi pesta-pesta ini dengan ekstasi dan narkoba sejenis memang perlu dicermati. Agar musik ini tetap bisa dinikmati tanpa ‘drugs’ dan tetap asyik.

Kamu tentu generasi asyik yang punya apresiasi tinggi terhadap musik. Kamu pasti sudah mendengar banyak jenis musik. Musik sedikit banyak telah menginspirasi langkahmu, menemani hari-harimu, membangkitkan semangatmu, dan membuatmu merenung dan menemukan makna hidupmu. Jadi, menjadi pilihan bagimu untuk menikmati dan mengapresiasi musik.

Tapi kamu harus bisa memastikan bahwa kamu menikmatinya tanpa drugs! Nikmati musiknya, dan tetap jauhi narkobanya!