Muhammadiyah Tegaskan Konsisten Tetap Mundur dari POP

Muhammadiyah juga tidak mau terlibat dalam evaluasi lanjutan POP Kemendikbud. Sebab menurut Baedhowi, evaluasi lanjutan tersebut merupakan urusan internal Kemendikbud.

Muhammadiyah Tegaskan Konsisten Tetap Mundur dari POP
Ketua majelis Didaksmen PP Muhammadiyah, Baedhwoi.

MONITORDAY.COM - Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Didaksmen) PP Muhammadiyah, Baedhwoi menegaskan bahwa pihaknya akan tetap konsisten untuk mundur dari Program Organisasi Penggerak (POP) Kemendikbud yang belakangan menjadi polemik.

Hal tersebut ditegaskan setelah pada Rabu (29/7) kemarin, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menyambangi gedung PP Muhammadiyah Jakarta untuk meminta maaf secara langsung atas permasalahan yang terjadi pada POP.

"Siapa saja boleh silaturahmi, tak boleh ditolak. Tapi Muhammadiyah ini kan organisasi yang sudah mapan, jadi keputusan-keputusan Muhammadiyah pun konsisten dengan yang sudah diputuskan, seperti keputusan soal POP ini," kata dia, dalam diskusi virtual bertajuk Mau Dibawa Kemana Pendidikan Indonesia', Kamis (30/7).

Selain konsisten tetap mengundurkan diri, Muhammadiyah juga tidak mau terlibat dalam evaluasi lanjutan POP Kemendikbud. Sebab menurut Baedhowi, evaluasi lanjutan tersebut merupakan urusan internal Kemendikbud.

"Evaluasi lanjutan itu urusan Kemendikbud, yang menyiapkan Kemendikbud, kesiapannya ada di sana, kami tidak ikut menyiapkan. Nanti malah enggak jelas, karena itu kami enggak ikut evaluasi itu biarlah Kemendikbud sendiri,” kata dia.

Meski tak ikut serta dalam POP, Baidhowi menegaskan bahwa Muhammadiyah tetap akan terus konsisten untuk turut serta memajukan pendidikan di Indonesia. Karena sejak awal didirikan, Muhammadiyah konsen di dunia pandidikan, bahkan sebelum Indonesia merdeka.

"Muhammadiyah memiliki 30.000 satuan pendidikan yang tersebar di seluruh Indonesia. Perserikatan Muhammadiyah, sudah banyak membantu pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan sejak sebelum Indonesia merdeka," kata Baedhowi.