Mengatasi Rasa Bosan Akibat Pandemi Covid-19
Kebosanan atau rasa bosan merupakan kondisi yang seringkali terjadi akibat permasalahan hidup yang terus menerpa, akibatnya dapat menghambat bahkan berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia. Cara yang ampuh untuk mengatasinya yaitu dengan pengendalian diri (self control) dan dukungan sosial (social support) yang saling bersinergi dan tak dapat dipisahkan.

MONITORDAY.COM - Kebosanan merupakan kondisi yang sering terjadi pada setiap orang, baik laki-laki, perempuan, tua, muda, dalam pekerjaan, sekolah, dan terutama akibat WFH berkelanjutan akibat pandemi Covid-19.
Menurut beberapa penelitian, kebosanan dianggap sebagai situasi yang mengganggu dan berbahaya, sumber ketidakbahagiaan dan penderitaan, dapat menghambat perkembangan intelektual, sosial, dan moral.
Dampak dari kebosanan akan berbeda-beda pada setiap individunya, karena setiap individu memiliki sikap dan cara menangani kebosanannya masing-masing. Rasa bosan dapat timbul disebabkan lingkungan sekitar kita ataupun disebabkan karena memang karakter individu tersebut mudah bosan yang mendominan.
Mengatasi kebosanan atau rasa bosan dibutuhkan dua penopang utamanya, yaitu dari internal kita (self control) dan eksternal kita (social support). Kedua hal tersebut harus saling bersinergi. Apabila kita sudah mencoba mengendalikan diri, tetapi tidak didukung oleh lingkungan sekitar kita, maka hasilnya akan tidak efektif.
Psikolog James Averill menuturkan, menyebut ada tiga konsep yang berbeda tentang aspek pengendalian diri berdasarkan variabel psikologis, yaitu:
1. Kemampuan memodifikasi perilaku (behaviour control).
2. Kemampuan dalam mengelola informasi yang tidak diinginkan (cognitive control).
3. Kemampuan untuk memilih suatu tindakan berdasarkan suatu hal yang diyakininya.
Cara yang paling ampuh untuk mengendalikan diri yaitu dengan menstimulus (memenuhi) kehidupan kita dengan hal-hal yang positif. Bagaimana cara menstimulus hal-hal positif tersebut yaitu dengan aktivitas berikut ini:
1. Mengawali aktivitas dengan mendekatkan diri pada Sang Pencipta
Sebagai manusia yang memeluk suatu agama dan keyakinan tertentu, adalah sesuatu hal yang menyejukan ketika kita mengambil sikap tenang, fokus, dan memiliki hubungan spiritual yang baik dengan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan kita berdoa setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas, melalui doa kita meminta supaya diberikan kemampuan untuk dapat menghilangkan rasa bosan dan meyakini bahwa semua yang terjadi adalah kehendak-Nya yang terbaik dalam hidup kita.
2. Berolahraga dan menyantap asupan yang bergizi
Aktivitas berolahraga akan mampu membuat tubuh menjadi lebih aktif bergerak, sehingga tubuh kita akan lebih mudah bermobilitas dan tidak statis atau monoton. Hal itu ditambah dengan memasukkan hal-hal yang baik melalui asupan yang bergizi sehingga tubuh memiliki energi yang lebih untuk bergerak, berkreasi, maupun berinovasi.
3. Jadilah individu yang berorientasi pada masa depan
Percaya atau tidak, bahwa apa yang kita lakukan hari ini, itulah yang akan kita tuai di masa depan. Jika merasa bosan hari ini dan tidak bisa mengatasi rasa bosan itu, terlebih jika sampai berlarut-larut di dalamnya, maka kita harus punya pemikiran bahwa kita akan tertinggal dengan mereka orang-orang di luar sana yang mampu mengubah rasa bosannya menjadi lebih produktif dengan hal-hal yang positif dan bermanfaat bagi orang lain. Kita bisa mencontohnya atau bahkan memodifikasinya menjadi lebih kreatif.
4. Bangkitkan rasa ingin tahu yang tinggi dan keberanian yang kuat
Rasa ingin tahu yang tinggi atau biasa disebut dengan 'kepo', akan mampu mengeluarkan kita dari hal-hal yang monoton atau itu-itu saja. Kalau bicara bahasa anak sekarang itu keluar dari zona nyaman kita. Karena dengan kita keluar dari zona nyaman kita atau berpikir secara out of the box, maka kita akan banyak melihat dan menyelami banyak hal yang mungkin kita tidak ketahui sebelumnya dan kita bisa memiliki pengetahuan, kemampuan, pengalaman, dan banyak relasi yang baru.
Membangun aspek penopang dalam mengatasi rasa bosan selanjutnya yaitu dukungan sosial, dengan cara membuka diri terhadap orang lain dan memahami terlebih dahulu orang-orang yang ada di sekitar kita.
Menurut Gottlieb, dukungan sosial (social support) juga penting untuk pengendalian diri. Yang terdiri dari informasi atau nasihat verbal maupun non-verbal, bantuan nyata berupa keakraban sosial yang didapat karena kehadiran orang lain dan memiliki manfaat emosional bagi pihak penerima.
Dukungan sosial itu terkait dengan keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai, serta menyayangi kita.
Tidak bisa dipungkiri bahwa dukungan sosial terbesar kita yaitu berasal dari keluarga kita sendiri, khususnya orang tua, selanjutnya adalah sahabat kita. Kalau kita saja tidak mau membuka diri, bagaimana orang lain mampu untuk mengetahui apa permasalahan kita dan membantu kita untuk mengatasinya.
Seperti hukum sebab-akibat, yaitu ketika kita bisa memahami terlebih dahulu orang lain, maka orang lain dengan sendirinya akan memiliki rasa empati yang sama untuk memahami kita, sehingga dukungan sosial atau dari eksternal kita akan semakin menguatkan kita untuk tidak mudah bosan dan mampu mengendalikan diri kita dengan baik.