Main Data, Cermati Fakta (Bagian 1)
Wujudkan obyektifitas dan sikap adil dalam mencerna informasi

LAKBAN- Aroma persaingan tak hanya panas di ajang Piala Dunia. Juga tak terbatas dalam perebutan bangku sekolah dengan sistem zonasi yang dimaksudkan untuk mendorong akses pendidikan yang lebih merata. Perang dagang pun membayangi negeri kita sebagai imbas kompetisi antara negara-negara besar yang berpengaruh global. Yang sangat terasa adalah, persaingan politik menjelang Pemilu tahun depan semakin keras berlangsung.
Persaingan itu dibingkai dalam demokrasi. Demokrasi adalah jalan yang dipilih bangsa ini untuk membentuk pemerintahan dan mengelola kekuasaan. Tak urung terjadi kontestasi. Calon pemimpin menawarkan janji dan membeberkan bukti. Rekam jejak para tokoh dan politisi disajikan untuk menggaet kepercayaan publik. Pencitraan menjadi niscaya untuk meneguhkan legitimasi baik di pihak pemerintah maupun oposisi.
Berita dan informasi semakin banyak diproduksi dan didistribusikan di ruang-ruang publik. Apalagi di era digital. Berbagi informasi semudah menjentikkan jari. Setiap individu bisa menjadi pewarta, bahkan tak jarang banyak akun yang jauh lebih efektif dalam membentuk opini publik dibanding kanal-kanal media mainstream.
Masyarakat digital yang cerdas semakin dibutuhkan. Di satu sisi, tak boleh ketinggalan informasi. Di sisi lain, tak boleh terjerembab dalam berita sesat dan menyesatkan. Menjadi obyektif dan bersikap seadil mungkin bukan perkara mudah. Kejernihan dalam menilai dan memandang persoalan sering tenggelam oleh keberpihakan yang membutakan akal sehat.
Kita tak boleh larut dalam kekusutan pemberitaan dan arus informasi yang simpang-siur. Apa rambu-rambunya? Berikut ini catatan Lakban buat kamu :
Pertama. Hargai Data dan Dalami Fakta. Ini menjadi kunci dalam mencerna setiap informasi yang datang. Jangan asal kutip dan percayai data yang kamu terima. Bandingkan dengan berbagai sumber yang bisa kamu akses. Kesadaran ini menjadi ciri masyarakat yang tidak saja demokratis secara prosedural, namun juga memiliki kesadaran untuk membangun demokrasi yang substansial.
Masyarakat yang cerdas, menghargai pengetahuan dan cara berfikir ilmiah akan berusaha untuk mengenali kebenaran berdasarkan data yang tersaji. Membandingkan dan mengujinya. Mendalami fakta dengan mengkonfirmasinya.
Kedua. Jangan Terpancing Judul Provokatif. Ibarat baju dan kemasan, judul memang dibuat menarik agar orang mau membaca atau mengutipnya. Di zaman yang serba instan ini, tak jarang orang lalai membaca apalagi menelaah isi berita dan lebih tertarik pada judul yang sarat sensasi. Walhasil, semakin keruh diskusi di ruang publik.
Ketiga. Kenali Sumber Berita yang Valid. Salah satu yang mudah adalah dengan memprioritaskan berita pada media mainstream. Meski media besar juga tidak steril dari kepentingan politik yang menyusup di dalamnya. Setidaknya sumber dan penanggungjawab beritanya jelas dan bisa ditelusuri. Walaupun bukan dari media mainstream, berita yang valid bisa dikonfirmasi karena penulis beritanya jelas dan tidak menyembunyikan identitasnya. Profil penulis dan akun-akun media sosialnya bisa dilacak.
Tiga hal ini bisa menjadi pegangan awal buat kamu. Dan jadilah warga digital yang cerdas!