Lebih Percaya Asing, Prabowo Dinilai Sudah Tak Percaya Institusi Nasional
Pengamat politik dari Universitas Indonesia Ari Junaedi menyebut bahwa Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto telah jauh tidak memercayai institusi nasional dalam menyelesaikan masalah dalam negeri.

MONITORDAY.COM - Pengamat politik dari Universitas Indonesia Ari Junaedi menyebut bahwa Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto telah jauh tidak memercayai institusi nasional dalam menyelesaikan masalah dalam negeri.
Hal ini dikatakan menanggapi sikap Ketua Umum Partai Gerindra itu yang memutuskan untuk mengundang media asing untuk mengabarkan terkait kecurangan Pemilu di Indonesia, sedangkan media nasional justru dilarang.
"Secara terbuka curhat kepada perwakilan kedutaan besar negara sahabat dan wartawan media asing. Lucunya wartawan nasional yang punya hak atas akses informasi yang sama justru dilarang meliput. Sudah menuding KPU yang tidak-tidak, sekarang wartawan nasional pun dilarang meliput," tuturnya dalam keterangan tertulis, Rabu (8/5).
"Ini kan seperti sudah tidak percaya institusi nasional, dan lebih percaya asing dalam menyelesaikan persoalan dalam negeri," sambung Ari Junaedi.
Menurut dia, sikap Prabowo ini kontradiktif dengan isu yang selalu dibawa saat kampenye, yaitu menyebut dirinya anti asing, dan bahkan Ia berjanji akan memberantas para antek asing.
"Prabowo selama kampanye kan mengaku seolah-olah dia paling nasionalis, dan bahkan sambil menggebrak-gebrak meja menuding banyak pihak sebagai antek asing. Lah, nyatanya sekarang kok seperti dia yang antek asing?" ucap Ari.
Selain itu, Ari pun menyoroti manuver politik Prabowo yang dinilainya secara membabi buta dan melawan arus utama terkait hasil Pemilu 2019. Menurutnya, hal ini karena Prabowo telah terjebak dalam keinginan sejumlah elite politik yang sejak awal menskenariokan dirinya pasti menang di persaingan Pilpres 2019.
"Elite di lingkar politik terdekat Prabowo inilah yang ditengarai politisi Demokrat Andi Arief sebagai genderuwo yang ikut bertanggungjawab terhadap informasi sesat kemenangan 62 persen bagi pasangan 01," ungkapnya.
Karena itu, lanjut Ari, tidak heran jika Prabowo tidak mempercayai institusi yang menghalanginya untuk menjadi penguasa. "Jangan heran jika KPU, Bawaslu hingga media nasional tidak dipercaya Prabowo karena institusi-institusi tersebut dianggap Prabowo sebagai penghalang ambisinya,” ucapnya.
Seperti diketahui, Prabowo Subianto mengundang media internasional untuk berdialog tentang masalah pemilu 2019 pada Senin (6/5). Dalam pertemuan itu, Prabowo meminta agar dugaan kecurangan pemilu di Indonesia disampaikan kepada warga di segala penjuru dunia.
"Pada intinya, kami mencoba menjelaskan kepada warga dunia dan Indonesia, tentunya, bahwa kami mengalami pemilu dengan aksi kecurangan yang terbuka dan terbukti melenceng dari norma demokrasi," ucap Prabowo dalam siaran pers BPN.
Dalam pertemuan tersebut wartawan dari media nasional tidak diperbolehkan untuk meliput dan mengikuti pertemuan tersebut.