Konten yang Disukai Milenial
Yang menarik banyak yang berkualitas pun banyak. Sebanyak itu pula konten abal-abal bahkan mungkin lebih banyak lagi. Tak ada guna mengkritisi bila tak ada jalan keluar dan solusi. Menawarkan alternatif menjadi langkah yang lebih pasti.

LAKBAN – Kamu bisa menjadi seleb dan produser? Kenapa tidak di era kekinian. Informasi membanjir detik demi detik. Apa saja tersedia. Yang paling menarik akan merajai dunia maya. Milenial menjadi salah satu konsumennya. Bila tak bergegas merancang dan memberi alternatif konten yang positip kita akan melahap apa saja yang ada dan tersedia di gawai kita.
Yang menarik banyak yang berkualitas pun banyak. Sebanyak itu pula konten abal-abal bahkan mungkin lebih banyak lagi. Tak ada guna mengkritisi bila tak ada jalan keluar dan solusi. Menawarkan alternatif menjadi langkah yang lebih pasti.
Kita mulai akrab dengan istilah konten. Baik dalam bentuk teks, gambar, audio, atau video. Yang semula gratis mulai berbayar. Yang tadinya murah lama-lama semakin mahal. Apa daya konsumen seringkali tak berdaya. Jika kompetisi antar penyedia layanan internet sehat semestinya konsumen menjadi ‘raja’. Namun apa daya jika pada akhirnya terjadi yang sebaliknya.
Konten yang menarik dan menjadi viral tentu mendatangkan pundi-pundi uang bagi yang mampu menjualnya. Bahasa kekiniannya monetize. Konten yang bisa ‘jadi duit’. Bahkan sebagian akun pembuat konten ternyata menyunting konten sumber lain dan menjadikannya tayangan yang pada akhirnya bisa viral.
Milenial memang punya karakter dan minatnya sendiri. Ini dia yang mereka cari!
#1. Digital
Zaman paperless sudah datang. Milenial jarang melirik koran atau majalah tercetak. Segala yang menggunakan kertas telah tergantikan oleh yang serba softcopy. Kecuali untuk kebutuhan tertentu. Membuat konten digital bisa dilakukan oleh siapapun. Aplikasi dan situs layanan yang dikenal dengan media sosial sudah menjembatani keinginan setiap orang untuk membuat konten digital. Semudah menggoreng tempe bahkan lebih mudah dari membuat sambal.
Apapun tersedia di jagad digital. Dari menu hingga layanan belanja. Semua tinggal ‘klik’. Dokumen pun cukup dikirim foto atau hasil pindainya. Semestinya era ini bisa lebih ramah lingkungan karena tak banyak lagi kertas digunakan. Atau kertas bisa digunakan untuk menggantikan plastik yang masih banyak digunakan terutama sebagai kemasan.
#2. Visual
Foto, animasi, dan video sangat merajai konten digital. Kalau narasi atau teks apalagi yang panjang-panjang udah nggak sempat lagi dibaca. Kalaupun ada narasi ya menyertasi konten visual. Tulisan dan emoticon misalnya. Atau audio yang memberi tekanan informasi atau persuasi tertentu. Pada dasarnya sisi visualnya yang menonjol. Lelucon dalam bentuk teks masih dibaca namun bila divisualisasikan akan lebih banyak lagi penikmatnya.
#3. Ringan
Urusan politik atau masalah yang pelik tak menarik buat milenial. Kalau mau mereka melirik maka segala yang berat itu harus dibikin jadi mudah. Dibuat menjadi ringan. Seringan krupuk atau snack yang menemani milenial ngopi menikmati hari-harinya. Soal bisnis juga bisa dikupas dalam penyajian yang ringan. Bukan berarti milenial sama sekali tidak peduli dengan segala persoalan yang ‘berat’. Tantangan buat pembuat konten untuk membuatnya menjadi ringan.
#4. Menghibur
Pada dasarnya audiens selalu mempunyai kecenderungan untuk menyukai hiburan. Bahkan bad news pun bisa menjadi good news bila sang pembuat konten bisa mengemasnya dengan baik. Hiburan banyak levelnya dari yang slapstik sampai hiburan cerdas. Dari banyolan, musik, film, hingga obrolan. Semua hal bisa menghibur. Sisi edukatif dan informatif tetap bisa masuk dalam materi hiburan.
#5. Atraktif
Istilah atraktif dekat dengan kata menarik. Sebagaimana kita melihat atraksi pertunjukan yang membuat semua mata memandang dan memusatkan perhatian pada suatu obyek atau aktifitas karena pesonanya.
5 Hal tadi menjadi pegangan buat kamu terutama yang ingin membuat konten digital atau sudah membuat dan ingin menajamkannya. Jadi seberapa milenialkah konten buatanmu?