Komunitas Sejarah Berfilosofi Anak Panah
Anak panah itu seperti sejarah, semakin ditarik ke belakang, maka akan semakin jauh melesat kedepan.

Komunitas Anak panah. Bagi orang yang baru mendengarnya mungkin mengira di dalamnya berisi para pemanah, atau orang-orang yang hobi bermain panahan.
Ternyata memang banyak orang yang sudah menganggap bahwa Komunitas Anak Panah merupakan komunitas para pemanah. “Banyak banget yang bilang gitu, dulu waktu diwawancarai radio, mereka mengira kita komunitas panahan, pernah juga kita ikut ngumpul komunitas sejarah dikira gitu juga,” ujar Ketua Komunitas Anak Panah, Mahbub Haikal.
Anak Panah lahir dari kumpulan mahasiswa Sejarah Kebudayaan Islam UIN Jakarta. Haikal mengutarakan Berawal dari kumpul-kumpul satu kelas untuk mengerjakan tugas kampus. Kemudian karena adanya intensitas waktu berkumpul ditambah dengan tugas dari kampus untuk mengadakan bakti sosial selama beberapa hari, kemudian timbul inisiatif untuk membentuk suatu wadah agar bisa mengorganisir kegiatan-kegiatan yang ada.
“Mungkin ada ikatan psikologis yang kuat karena intensitas pertemuan yang sering, jadi waktu itu temen-temen ingin bentuk komunitas,” kenangnya.
Komunitas ini diresmikan pada 8 Maret 2015 lalu. Tujuannya memang agar kumpulan para peminat sejarah tersebut mempunyai wadah dan identitas, serta juga agar bisa mengadakan kegiatan-kegiatan besar yang terorganisir.
Sementara Nama Anak Panah sendiri, merupakan sebuah filosofi dari senjata yang sering digunakan oleh orang zaman dulu untuk berburu atau berperang tersebut. Jadi, menurut haikal, anak panah itu seperti sejarah, semakin ditarik ke belakang, maka akan semakin jauh melesat kedepan.
“Jadi kita harus melihat masa lalu, Sama seperti sejarah, masa lalau menajadi pengalaman, dan menjadi tolak ukur melihat masa yang akan datang,” terang lulusan sejarah UIN Jakarta ini.
Hingga kini angota komunitas Anak Panah telah merambah, tidak hanya mahasiswa UIN jakarta, tapi juga dari kampus lain.
Komuntas Sejarah
Sebagai komunitas sejarah, tentunya kegiatan-kegiatan yang diadakan berhubungan dengan kesejarahan. Seperti pada awal-awal, komunitas ini menyusun jadwal diskusi minguan tentang sejarah.
“Alhamdulillah program ini memiliki antusias yang besar, karena sering kali kita datangkan pembicara yang berkompeten dalam bidang sejarah,” beber Haikal.
Selain itu, Anak Panah juga membuat program “ayo ke museum” yang merupakan program mengunjungi museum-museum yang ada di Jakarta. Kegiatan ini menurut Haikal, sebagai bentuk penghargaan dan juga mengingatkan agar generasi muda tidak lupa akan sejarahnya.
Diantara tempat-tempat yang pernah dikunjungi dalam program itu, yaitu Museum Fatahillah, Museum Bahari, Museum Tekstil, Museum tugu Proklamasi, Museum Pancasila Sakti, dan beberapa museum lain di Jakarta.
Selain kunjungan ke Museum, Komunitas Anak Panah juga sering kali mengunjungi Masjid dan makam-makam kuno di Jakarta.
“Pernah kita kunjungi makam Tubagus Angke, kan itu ada Masjidnya, kita lihat arsitekturnya, pernah juga ke Masjid kuno Kebon Jeruk, terus ke Masjid Jatigara Kaum, dan masjid kuno lain” sambungnya.
Hal itu bagi haikal merupakan kebanggan tersendiri masih bisa melihat peninggalan-peninggalan Islam zaman dulu di Jakarta, dan juga bisa mendapat banyak informasi terkait tokoh-tokoh Islam yang dulu pernah berjuang di Jakarta.
Peduli Lingkungan dan Kemanusiaan
Mengingat masa lalu seperti dalam filosofi Anak Panah merupakan juga melihan kearifan masyarakat zaman dahulu. Menurut Haikal, Komunitas Anak Panah tidak hanya konsen dalam hal kesejarahan, tapi juga mengadakan kegiatan-kegiatan lingkungan dan kemanusiaan.
“Karena kita lahir atas kepedulian dengan lingkungan sekitar, yang sekarang ini kayaknya mahasiswa yang katanya sebagai agen of change itu, tidak punya kesadaran itu. Yang peduli terhadap lingkungan dan kemanusiaan. Padahal kita sebagai manusia terlahir untuk membantu antar sesama, Setiap masalah tidak bisa diselesaikan pribadi, butuh bantuan dan uluran tangan dari orang lain,” terangnya.
Karena itulah, Komunitas anak panah sering kali mengadakan kegiatan-kegiatan seperti bakti sosial, santunan anak yatim, kemudian juga kegiatan-kegiatan peduli lingkungan.
“Pertama kita adakan bakti sosial di garut, kemudian menggalang dana “koin for fadli”, dan santunan anak yatim, sahur on the road.” Kemudian juga kegiatan peduli lingkungan, “Dulu kita pernah mengadakan gerakan pungut sampah di sekitaran Ciputat, kemudian ikut juga bergabung dalam aksi indonesia bebas sampah 2020”
Kegiatan-kegiatan tersebut bagi haikal merupakan sebuah pesan yang bisa dilihat memalui perbuatan, bahwa manusia harus bisa bermanfaat bagi yang lain. Oleh karenanya Haikal berpesan bagi generasi muda agar generasi muda agar mulai peka dan peduli dengan lingkungan disekitarnya.
“Sebagai generasi muda kita harus mempunyai pandangan yang luas, jangan pragmatis, kita harus bisa bermanfaat bagi yang lain, maka generasi muda harusnya jangan sampai melupakan jasa pahlawan, dan kita harus peka terhadap lingkungan sekitar,” pesannya.