Kemendikbudristek Persiapkan Revitalisasi Pendidikan Vokasi

Kemendikbudristek Persiapkan Revitalisasi Pendidikan Vokasi
Dirjen Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto (Koran Jakarta)

MONITORDAY.COM - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) sedang mempersiapkan revitalisasi pendidikan vokasi. Program tersebut akan dituangkan dalam peraturan presiden. Revitalisasi pendidikan vokasi merupakan kelanjutan dari Inpres Revitalisasi SMK yang telah dirilis pada tahun 2016 yang lalu. 

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Wikan Sakarinto mengatakan, pola pikir mengenai pendidikan vokasi harus diubah.

"Pendidikan vokasi itu, kita enggak bikin tukang. Vokasi itu menciptakan calon pemimpin yang bisa melakukan pekerjaan tukang. Jadi jangan hanya diajari hard skill saja, tapi juga soft skill harus diasah," ujar Wikan, kemarin.

Menurut Wikan, kebutuhan industri tidak sekadar hard skill, melainkan soft skill seperti sikap kepemimpinan dan karakter. "Jadi pimpinan SMK dan perguruan tinggi harus diubah mindset dan cara mengajarnya," ujar Wikan.

Dalam upaya revitalisasi pendidikan vokasi, lanjut dia, pemerintah tengah menyusun Rancangan Peraturan Presiden Tentang Revitalisasi Pendidikan dan Pelatihan Vokasi (RPerpres RPPV).

Perancangan rancangan Perpres ini melibatkan lintas kementerian dan lembaga penyelenggara pendidikan dan pelatihan vokasi.

"Banyak K/L membantu rancangan Perpres agar pendidikan vokasi ini dilengkapi dengan kebijakan-kebijakan yang lebih memungkinkan dikerjakan bersama," ujarnya.

Kemendikbudristek juga merombak kurikulum SMK bersama dengan ratusan industri yang dinamakan kurikulum prototipe. "Kurikulum ini sangat memangkas materi yang sifatnya itu hard skill tanpa konteks, kami pangkas dan kami ganti menjadi project based learning," ujarnya.

Pembelajaran berbasis proyek di kurikulum yang baru ini diharapkan akan membuat siswa SMK dan mahasiswa perguruan tinggi vokasi bisa belajar praktik dengan secara langsung mengerjakan proyek nyata dari perusahaan.

"Jadi mereka akan terbiasa mengetahui kebutuhan perusahaan. Kita harus menghasilkan lulusan yang mampu melakukan pekerjaan riil, bukan hanya sekadar lulus dengan ijazah yang dicapai dengan mata pelajaran hapalan. Kita tinggalkan cara-cara tradisional yang sudah tidak relevan dengan kebutuhan industri," ujarnya.