Graffiti dan Mural, Apa itu?
Coretan Vandalisme harus bisa dilawan dengan diimbangi. Graffiti dan Mural adalah alternatifnya.

KAMU suka lihat tulisan corat-coret di tembok atau dinding? Ya sepintas itulah grafitti. Namun seringkali coretan di dinding milik publik atau tembok orang lain itu mengganggu. Yang demikian karena coretan yang dibuat bukan didasari estetika. Bahkan boleh dibilang bagian dari vandalisme alias perbuatan merusak milik orang lain.
Coretan vandalisme itu biasanya mengarah pada identitas sebuah geng, fans musik, atau supporter klub sepak bola. Peneguhan identitas kelompok yang sering digunakan anak-anak muda agar dirinya terlihat eksis di mata publik. Dan jauh dari keindahan hingga sulit disebut sebagai karya seni. Walau seni seringkali dilihat dalam kacamata subyektif.
Lain halnya dengan graffiti dan mural. Konsep grafiti, mengkombinasikan warna-warna, garis, bentuk dan simbol maupun kalimat tertentu. Graffiti secara sederhana dapat digolongkan sebagai karya seni. Graffiti bersifat spontan, biasanya dibuat bukan karena pesanan atau komersil. Graffiti dibuta oleh seseorang yang mungkin tak dikenal. Ruang publik menjadi medium karya tersebut. Biasanya menggunakan cat semprot. Graffiti biasanya berisi slogan atau propaganda untuk masyarakat.
Sementara mural biasanya dirancang dan dibuat sebagai karya spesifik seorang seniman. Biasanya dipesan atau atas perintah pemilik gedung atau fasilitas yang dindingnya perlu dilukis. Graffiti yang berkualitas tinggi bisa dianggap sebagai mural. Dengan kata lain, teks yang dibuat dengan indah bisa menjelma menjadi sebuah gambar.
Mural membutuhkan perencanaan yang matang dan fokusnya adalah mengisi sebuah dinding. Mural bisa mengungkapkan tribute atau apresiasi terhadap sesuatu, bisa juga iklan, atau kolaborasi seni antar seniman.
Lomba atau kegiatan menggambar dinding banyak diselenggarakan akhir-akhir ini. Kaki atau tiang jalan layang di beberapa tempat, misalnya, banyak yang dijadikan medium untuk menyampaikan pesan-pesan positip bagi masyarakat. Tema lingkungan hidup menjadi salah satu tema yang banyak diangkat. Pesan untuk menanam pohon, mengurangi emisi karbon, hemat air, dan beberapa pesan lain dikemas dalam konsep yang komunikatif sekaligus estetik.
Tema-tema sosial dan budaya juga menjadi pilihan dalam konsep mural. Menciptakan lingkungan yang ramah anak, kepedulian sosial, dan pelestarian budaya juga dikomunikasikan dalam mural. Eksistensi muralk yang dirancang dengan konsep estetika ini layak mendapat apresiasi karena dapat menjadi sarana ekspresi, penyampaian pesan positip, sekaligus menghindarkan dari kecenderungan vandalisme.
Melarang corat-coret vandalisme agaknya menjadi sesuatu yang mustahil. Lebih mungkin untuk mengimbanginya dengan menggiatkan aktivitas pembuatan mural dan graffiti. Bagaimana pendapatmu Guys?