Fakta Seputar Masjid Raya Medan
Arsitektur Unik, Sejarah Panjang Kesultanan Deli

LAKBAN – Medan adalah salah satu kota terbesar di Indonesia. Berbagai macam suku bangsa menyatu di kota ini. Ada yang bilang itulah sebab atau asal usul nama kota medan. Semacam medan pertemuan antar budaya.
Walau ada juga yang meyakini nama itu berasal dari bahasa Arab, Maidan yang berarti lapangan. Atau bahkan dari kata Madinah yang berarti kota. Bisa jadi mengingat Kesultanan Deli yang pernah memerintah di Sumatera bagian Utara.
Salah satu ikon Kota Medan adalah Masjid Raya. Dikenal juga dengan Masjid Al Mahsun. Arsitekturnya indah dan khas. Kalau kamu mampir ke Medan, sempatkan menikmatinya.
Berikut fakta seputar Masjid Raya Al Mahsun yang Lakban rangkum buat kamu.
PERTAMA. Sultan Deli membangun mesjid kerajaan ini dengan megah, karena menurut prinsipnya hal itu LEBIH UTAMA KETIMBANG KEMEGAHAN ISTANANYA sendiri, Istana Maimun. Prinsip Sultan ini luar biasa. Beliau mengutamakan masjid sebagai Rumah Allah dibanding kepentingan pribadinya.
KEDUA. Pendanaan pembangunan masjid INI DITANGGUNG SENDIRI OLEH SULTAN, namun konon Tjong A Fie, tokoh kota medan dari etnis Tionghoa yang sejaman dengan Sultan Ma’mun Al Rasyd turut berkontribusi mendanai pembangunan masjid ini. Tentu ini menjadi inspirasi persatuan dan kerukunan dalam kehidupan masyarakat di Medan.
KETIGA. Pada awalnya Masjid Raya Al Mahsun di rancang oleh Arsitek Belanda Van Erp yang juga merancang istana Maimun, namun kemudian proses-nya dikerjakan oleh JA Tingdeman. Van Erp ketika itu dipanggil ke pulau Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi candi Borobudur di Jawa Tengah.
JA TINGDEMAN, SANG ARSITEK merancang masjid ini dengan denah simetris segi delapan dalam corak bangunan campuran Maroko, Eropa dan Melayu dan Timur Tengah. Denah yang persegi delapan ini menghasilkan ruang bagian dalam yang unik tidak seperti masjid masjid kebanyakan. Di ke empat penjuru masjid masing masing diberi beranda dengan atap tinggi berkubah warna hitam, melengkapi kubah utama di atap bangunan utama masjid. Masing masing beranda dilengkapi dengan pintu utama dan tangga hubung antara pelataran dengan lantai utama masjid yang ditinggikan, kecuali bangunan beranda di sisi mihrab.
KEEMPAT. Keseluruhan pembangunannya menghabiskan dana sebesar SATU JUTA GULDEN. Dikerjakan selama 3 tahun. Sultan Ma’mum Al Rasyid Perkasa Alam sebagai pemimpin Kesultanan Deli memulai pembangunan Masjid Raya Al Mashun tahun 1906 dan selesai tahun 1909. Sebagian bahan bangunan diimpor antara lain: marmer untuk dekorasi diimpor dari Italia, Jerman dan kaca patri dari Cina dan lampu gantung langsung dari Prancis.
KELIMA. Bangunan masjidnya terbagi menjadi ruang utama, tempat wudhu, gerbang masuk dan menara. Ruang utama, tempat sholat, berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih kecil, terdapat ‘BERANDA’ SERAMBI KECIL YANG MENEMPEL DAN MENJOROK KELUAR. Jendela-jendela yang mengelilingi pintu beranda terbuat dari kayu dengan kaca-kaca patri yang sangat berharga, sisa peninggalan art nouveau periode 1890-1914, yang dipadu dengan kesenian Islam.
KEENAM. Seluruh ORNAMENTASI di dalam mesjid baik di dinding, plafon, tiang-tiang, dan permukaan lengkungan yang kaya dengan hiasan BUNGA DAN TUMBUH-TUMBUHAN. Di depan masing-masing beranda terdapat tangga. Kemudian, segi delapan tadi, pada bagian luarnya tampil dengan empat gang pada keempat sisinya, yang mengelilingi ruang sholat utama.
KETUJUH. Gang-gang ini punya DERETAN JENDELA-JENDELA TAK BERDAUN yang berbentuk lengkungan-lengkungan yang berdiri di atas balok. Baik beranda dan jendela-jendela lengkung itu mengingatkan disain bangunan kerajaan-kerajaan Islam di Spanyol pada Abad Pertengahan.
KEDELAPAN. Sedangkan KUBAH MESJID MENGIKUTI MODEL TURKI, dengan bentuk yang patah-patah bersegi delapan. Kubah utama dikitari empat kubah lain di atas masing-masing beranda, dengan ukuran yang lebih kecil. Bentuk kubahnya mengingatkan kita pada Mesjid Raya Banda Aceh.
KESEMBILAN. Di bagian dalam masjid, terdapat DELAPAN PILAR UTAMA berdiameter 0,60 m yang menjulang tinggi untuk menyangga kubah utama pada bagian tengah.
KESEPULUH. MIHRAB TERBUAT DARI MARMER dengan atap kubah runcing. Gerbang mesjid ini berbentuk bujur sangkar beratap datar. Sedangkan menara mesjid berhias paduan antara Mesir, Iran dan Arab.