Direktur Pencegahan BNPT Beberkan 3 Motif Aksi Teroris

MONITORDAY.COM - Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol. R. Ahmad Nurwakhid mengatakan terorisme adalah aksi dari perbuatannya sementara radikalisme atau ekstrimisme dalam terminologi asing yaitu paham yang menjiwai aksi terorisme.
"Semua teroris pasti berpaham radikalisme meskipun tidak semua mereka yang terpapar radikal otomatis menjadi teroris," ujar Ahmad Nurwakhid dalam diskusi Kopi Pahit secara virtual yang mengusung tema "Penanggulangan Terorisme di Era Digital" di Jakarta, Rabu 30 Maret 2022.
Lebih lanjut, Ia menjelaskan teroris merupakan tindakan. Perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror yang meluas di masyarakat, menimbulkan korban jiwa, kehancuran fasilitas publik, fasilitas Internasional, dan obyek vital dengan tiga motif yakni ideologi, politik, dan gangguan keamanan.
"Dengan tiga motif inilah yang menjadikan argumen pemerintah atau negara menetapkan teroris separatis sebagai teroris atau separatis KKB sebagai teroris," tandasnya.
Kita sadari bersama bahwa negara kita adalah negara demokrasi yang memiliki pilar-pilar yaitu: supremasi hukum, melibatkan partisipasi masyarakat atau publik, Clean of Goverment, dan penghormatan Hak Asasi Manusia (HAM).
Menurut Jendral bintang satu ini, jika bicara supremasi hukum berarti segala sesuatu harus dikembalikan kepada hukum. Sebab, menurut UU No. 5 Tahun 2016, Pasal 1 Ayat 2 tentang definisi teroris tersebut, memungkinkan ataupun tindakan separatis KKB itu telah memenuhi tiga unsur sebagai teroris, yakni:
Pertama, motif ideologi. Separatis KKB tidak mengakui ideologi pancasila.
Kedua, motif politik. Secara politis mereka ingin memisahkan diri dari NKRI yang sudah menjadi konsensus nasional dan diakui dunia Internasional.
Ketiga, motif gangguan keamanan. Separatis KKB telah menculik, menganiaya, membunuh, menteror, dan merusak.
"Separatis KKB ini secara yuridis formal, hukum positif kita sebagai teroris. Sehingga penanggulangannya polanya sama hanya pendekatannya yang berbeda," paparnya.
Radikalisme atau ekstrimisme berpotensi pada setiap individu manusia, tidak mengenal suku, ras, agama, profesi bahkan tidak mengenal kadar intelektul seseorang. Orang pinter bisa kena.
Kemudian Ia mencontohkan, Dr Azhari, Osama bin Laden merupakan orang cerdas, putra konglomerat Arab Saudi bin Laden yang kaya raya, dan Amman Abdurahman yang merupakan Amir atau Pimpinan JAD yang sudah divonis hukuman mati, tinggal dieksekusi.