Diplomasi Batik dan Apresiasi Delegasi Berbagai Negara atas Presidensi Indonesia di DK PBB

Batik menjadi salah satu kebanggaan Indonesia. Identitas kultural Indonesia ini telah diakui Dunia melalui UNESCO sebagai salah satu warisan budaya. Hal yang amat membanggakan dan menjadi pintu masuk dalam memperkenalkan keunggulan sekaligus kepribadian Indonesia. 

Diplomasi Batik dan Apresiasi Delegasi Berbagai Negara atas Presidensi Indonesia di DK PBB

MONITORDAY.COM - Batik menjadi salah satu kebanggaan Indonesia. Identitas kultural Indonesia ini telah diakui Dunia melalui UNESCO sebagai salah satu warisan budaya. Hal yang amat membanggakan dan menjadi pintu masuk dalam memperkenalkan keunggulan sekaligus kepribadian Indonesia. 

Di kancah pergauluan dunia khususnya diplomasi internasional, Indonesia telah memperkenalkan Batik setidaknya saat KTT APEC II di Bogor tahun 1994. Tak terkecuali Presiden Bill Clinton mengenakan batik dalam forum tersebut. Para Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan tampak gagah dan serasi dalam balutan batik yang menjadi salah satu ciri dan identitas Indonesia.

Kali ini batik hadir di forum Debat Terbuka PBB. Di saat Indonesia pertama kalinya memimpin Dewan Keamanan PBB. Indonesia untuk pertama kalinya memimpin sidang Dewan Keamanan PBB Selasa pagi (7/5). Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memimpin langsung sidang debat terbuka dengan tema “Menabur Benih Perdamaian,” terutama untuk terus mendorong peningkatan kapasitas pasukan penjaga perdamaian dalam berbagai misi di seluruh pelosok dunia.

Batik tampil menjadi dress code atau busana resmi dalam pertmenuan itu. Sidang yang dihadiri delegasi anggota Dewan Keamanan PBB kental diwarnai “diplomasi batik.” Apresiasi dan simpati dari berbagai delegasi nampak dalam kesediaan mereka menggunakan batik ini. Ini dikarenakan sebagian besar anggota yang hadir mengenakan batik dengan beragam corak, warna dan bahan.

Keterangan pers Kementerian Luar Negeri Indonesia menyatakan, “Dipilihnya batik sebagai dress code Sidang Dewan Keamanan PBB merupakan bentuk penghormatan pada anggota Dewan Keamanan PBB bagi Indonesia yang memegang presidensi Dewan Keamanan PBB untuk bulan Mei 2019.” X Dunia melihat betapa strategisnya posisi negeri kita. Pun dalam konsolidasi demokrasi yang tengah ditempuhnya melalui Pemilu Serentak 2019. Indonesia, negara terpadat keempat di dunia, baru saja mengadakan apa yang duta besar PBB untuk PBB, Dian Triansyah Djani, sebut sebagai "pemilihan terbesar dunia yang pernah diadakan" untuk pemilihan presiden dalam periode waktu yang begitu singkat.

Sementara surat suara masih dihitung dan pemerintah berikutnya bersiap untuk mengambil bentuk pada bulan Mei, pekerjaan Indonesia di PBB terus bergulir, terutama karena Djani memimpin sebagai presiden bergilir Dewan Keamanan bulan ini. Komitmen Indonesia di Dewan Keamanan PBB sangat jelas. Keinginan utama Indonesia adalah sederhana, kata Djani: untuk menyelamatkan sebanyak mungkin nyawa seraya menjadikan pemeliharaan perdamaian seefisien mungkin dalam konflik di seluruh dunia.

Salah satu persoalan keamanan internasional adalah isu Palestina. Indonesia, negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, juga akan mengadakan pertemuan gaya-Arria tentang Palestina (pertemuan informal yang terbuka untuk anggota PBB di luar Dewan) pada 6 Mei. Duta Besar, perwakilan tetap di PBB sejak 2016, mengatakan negara ingin "menjaga momentum" di Dewan tentang masalah khusus ini, terutama selama bulan Ramadhan ini.