Di Balik Maraknya Video Prank
Aktivitas ekonominya di e-commerce dan aktivitas sosialnya di medsos. Begitulah wajah masyarakat kita hari ini. Jarak, waktu, dan biaya bisa dipangkas. Gak harus ketemu darat apalagi kalau terhambat kemacetan lalu lintas untuk bertemu dan bertransaksi dengan orang lain.

LAKBAN – Media sosial terutama di Indonesia lebih populer daripada portal berita online? Sepertinya tak salah. Netizen lebih banyak membuka situs atau aplikasi medsos daripada media online. Tentu situs belanja juga banyak diakses dan digunakan para peselancar di dunia maya.
Aktivitas ekonominya di e-commerce dan aktivitas sosialnya di medsos. Begitulah wajah masyarakat kita hari ini. Jarak, waktu, dan biaya bisa dipangkas. Gak harus ketemu darat apalagi kalau terhambat kemacetan lalu lintas untuk bertemu dan bertransaksi dengan orang lain.
Salah satu konten di media sosial yang paling populer adalah konten video. YouTube telah menjadi situs berbagi video paling populer. Pesaingnya ada dailymotion, vimeo, vidio, dan masih banyak lagi. Informasi yang nggak ada di tempat lain tersedia di YouTube. Misalkan kamu lagi kesulitan untuk memperbaiki sesuatu, kamu bisa cari di medsos ini.
Konten apa yang terpopuler di YouTube? Ternyata video yang termasuk kategori “Prank” alias ngerjain orang. Apa sih menariknya ‘bikin orang terkejut’ ? Lucu atau jenaka. Bikin ketawa dan menghilangkan stres. Itulah ekspresi dan pesan yang tertangkap dari konten semacam ini. Ternyata kebanyakan kita memang suka ‘ngerjain orang’. Atau setidaknya suka ‘melihat orang lain kena dikerjain’.
Channel atau kanal para selebritas pun banyak berisi konten semacam ini. Netizen penasaran juga kalau idolanya dikerjain atau ngerjain orang lain. Penonton jadi tahu bagaimana ekspresi aslinya saat marah, sedih, dan sebagainya.
Sebelum populer dalam bentuk konten video, sebenarnya ada beberapa program televisi yang berisi materi semacam “Prank”. Biasanya dengan candid camera alias camera tersembunyi. Terlepas apakah ada program TV genre ini yang diragukan otentisitasnya alias disetting. Biasanya di TV dikategorikan sebagai reality show.
Yang harus diwaspadai adalah konten Prank yang berbau pornografi. Buat masyarakat liberal terutama di Barat, mungkin Prank yang berisi adegan berciuman tidak menjadi masalah. Namun bagaimana dengan kita yang memiliki norma agama dan budaya Timur yang tidak membolehkan hal tersebut?
Situs vice.com menganalisis bahwa budaya Prank mencerminkan siapa kita. Tony Blockley dikutip oleh situs itu mengemukakan bahwa ada nilai tertentu dibalik keinginan untuk membuat orang terkejut. Hal ini lahir dari apa yang dinamakan sensasionalisme.