Cirebon Dan Jejak Budaya Relijiusnya

Kesultanan Cirebon berlokasi di pantai utara pulau Jawa yang menjadi perbatasan antara wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Posisi ini menempampatkan Cirebon sebagai penghubung antar beragai kerajaan di masa itu. Bahkan  penghubung bagi perdagangan antar pulau. Kesultanan Cirebon menjadi pelabuhan sekaligus “jembatan” antara 2 kebudayaan, yaitu budaya Jawa dan Sunda.

 

LAKEYBANGET.COM – Jalan-jalan bersama keluarga paling asyik kalau ada aspek edukasinya. Salah satunya adalah sejarah. Kali ini kita akan bahas Cirebon dan sejarah Sunan Gunung Jati. Kerajaan Cirebon merupakan sebuah kerajaan bercorak Islam ternama yang berasal dari Jawa Barat. Kesultanan Cirebon berdiri pada abad ke-15 dan 16 Masehi.  

Kesultanan Cirebon berlokasi di pantai utara pulau Jawa yang menjadi perbatasan antara wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Posisi ini menempampatkan Cirebon sebagai penghubung antar beragai kerajaan di masa itu. Bahkan  penghubung bagi perdagangan antar pulau. Kesultanan Cirebon menjadi pelabuhan sekaligus “jembatan” antara 2 kebudayaan, yaitu budaya Jawa dan Sunda.

Kebudayaan Cirebon memiliki kekhasan tersendiri, yaitu kebudayaan Cirebon yang tidak didominasi oleh kebudayaan Jawa maupun kebudayaan Sunda.

Disamping kraton Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan ada pula Masjid Cipta Rasa yang sangat kuat ikatannya dengan sejarah Cirebon. Tentu makam Sunan Gunung Jati juga menjadi destinasi utama wisata sejarah di Cirebon.

Masjid tertua di Cirebon ini berlokasi di kompleks Keraton Kasepuhan. Arsitektur Masjid Agung Sang Cipta Rasa banyak didominasi pengaruh Kerajaan Islam pada masa lalu. Ciri khas tersebut dapat dilihat dari atap masjid yang tidak memiliki kemuncak seperti masjid-masjid lain di Pulau Jawa pada umumnya.

Sepintas, masjid yang satu ini mungkin tidak tampak begitu istimewa. Meski tampak sederhana, ada kisah menarik di balik pembangunan masjid ini. Konon, pembangunan Masjid Sang Cipta Rasa melibatkan ratusan tokoh penting dari Kerajaan Demak, Majapahit, dan Cirebon. Sunan Gunung Jati bahkan menunjuk Sunan Kalijaga untuk merancang arsitektur masjid.

Selain gaya arsitekturnya yang masih awet hingga sekarang, ada satu tradisi yang masih dipertahankan di Masjid Sang Cipta Rasa, yakni azan pitu. Azan pitu ialah ritual azan yang dilakukan oleh tujuh muazin secara bersamaan. Mirip acapella ya? Azan pitu biasanya dikumandangkan setiap salat Jumat di Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

Makam Sunan Gunung Jati sering dijadikan destinasi wisata religi bagi wisatawan yang berasal dari Pulau Jawa. Di tempat wisata di Cirebon ini Anda akan merasakan suasana khidmat berkat lantunan ayat-ayat suci yang bergema di seantero kompleks Makam Sunan Gunung Jati.

Gaya arsitektur khas Tiongkok, Jawa, dan Arab pun berpadu sempurna membentuk harmoni yang menakjubkan. Beragam dekorasi porselen khas Tiongkok banyak disematkan di sekitar dinding makam.

Daya tarik Kompleks Makam Sunan Gunung Jati adalah adanya sembilan pintu yang disusun secara bertingkat. Namun, pengunjung hanya diperkenankan untuk masuk hingga pintu ke-lima, sebab pintu-pintu selanjutnya hanya diperuntukkan bagi keturunan Sunan Gunung Jati.