Cartoon vs Anime

Anime Jepang mampu menandingi Cartoon Barat. Kamu penggemar yang mana?

Cartoon vs  Anime
anime (c) akibanation

PASAR animasi semakin luas, penggemarnya banyak. Mungkin kamu salah satu di antaranya.  Indonesia menjadi konsumen film animasi yang sangat menjanjikan. Saat ini kita mengkonsumsi animasi produksi Barat dan Jepang. Masing-masing punya pasar dan penggemarnya sendiri. Juga kelebihan dan kekurangannya sendiri. Namun secara umum pasar film animasi Barat yang lebih kita kenal sebagai Cartoon dan film animassi Jepang yang sering menggunakan istilah Anime semakin pasti.

Para animator Indonesia sudah diakui karyanya. Namun, industri animasi di AS dan Jepang memang telah jauh meninggalkan kita. Para animator kita menjadi bagian dari industri mereka yang bersifat global. Produksi lokal Indonesia sudah mulai tumbuh, seirig waktu pasti akan bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Semua memang perlu proses. Dengan kerja keras dan ketekunan, industri animasi kita tentu akan lebih cepat terbangun dan mengejar ketertinggalannya.

Cartoon Barat biasanya menjadi tontonan keluarga alias segala umur. Anak kecil terhibur, remaja dan dewasa pun demikian. Cartoon Barat banyak yang mengangkat karakter dan kisah lucu. Tak jarang juga kisah hero dan dramatis. Namun, bumbu kejenakaan selalu muncul. Kalau tidak karakter utamanya yang jenaka, ya karakter pendampingnya.

Cartoon Barat sangat populer di layar kaca. Juga di layar lebar. Dari zaman Mickey Mouse. Donald Bebek, Tom and Jerry hingga Spongebob. Despicable Me juga sukses meraih banyak penggemar di berbagai belahan dunia.  Banyak judul dan karakter Cartoon yang mendunia, mewarnai hidup dan menemani perjalanan tumbuh-kembangnya anak-anak. Tak semua nilai yang menjadi pesan dalam cartoon bisa diserap, juga tak semuanya sesuai dengan nilai-nilai budaya kita.

Anime mengangkat karakter, nilai, dan budaya Jepang modern. Nilai-nilai itu dikemas dalam storyline atau alur cerita yang runtut. Alur yang membuat para penggemarnya kecanduan. Ada apa lagi ya di episode berikutnya? Begitu kira-kira di benak mereka.

Film animasi Barat atau Cartoon tak jarang menggunakan teknik animasi 3D yang menarik. Walaupun dari sisi pewarnaan relatif lebih sederhana dibandingkan dengan anime. Secara grafis, anime biasanya digarap dengan warna yang kompleks dan grafis yang halus. Jadi walaupun dalam bentuk 2D, anime Jepang tak kalah banyak digemari dari sisi keindahan gambarnya. Untuk adegan fighting atau crowd (keramaian), barulah anime menggunakan teknik 3D.

Anime juga memiliki kelebihan pada musik yang enak dan sedap di telinga remaja. Ini kelebihan yang tak bisa dikesampingkan walau penonton anime sering tak begitu menyadari kelebihan faktor musik ini. Musik menciptakan mood dan nyawa bagi anime.

Penggemar anime rerata memang remaja. Cerita yang diangkat juga paling banyak tentang liku-liku kehidupan remaja. Ini membuat pangsanya terbatas. Anak-anak dan orang tua tidak masuk dalam segmen pasar anime. Yang harus diamati adalah, banyak nilai yang terlalu liberal dan adegan yang vulgar dalam anime. Ortu harus faham, kamu juga harus bisa selektif hingga tak sembarangan memilih anime yang akan kamu tonton.

Sejarah panjang anime dimulai tahun 1917. Adalah Oten Shimokawa yang diklaim sebagai pembuat anime pertama dengan karyanya Imokawa Mukoza Sang Penjaga Pintu. Walau ada animasi 3 etik yang diperkirakan diproduksi sebelumnya, yag tidak diketahui pembuatnya.

Di tahun 2018 ini ada banyak animasi yang ditunggu para otaku, sebutan untuk penggemar anime. Anime berjudul Saiki Kusuo dan Fate/ Extra Last Encore adalah dua di antaranya. Kisahnya ada yang berlatar belakang dunia sekolahan dan ada yang mengangkat genre fantasi perebutan cawan  misterius. Seru ya?