Bersama Susi Pudjiastuti, Ketum PP Muhammadiyah Ungkap Esensi Pendidikan

Bersama Susi Pudjiastuti, Ketum PP Muhammadiyah Ungkap Esensi Pendidikan
Tokoh Maritim Indonesia, Susi Puji Astuti dan Ketum PP Muhammadiyah Prof. Dr. Haedar Nashir (Dok: layar tangkap zoom Susi Cek Ombak Metro Tv)

MONITORDAY.COM - Pembangunan tidak berarti penggusuran, pembangunan tidak berarti perusakan. Bagaimana Muhammadiyah membawa ini kedalam line edukasinya? Begitulah salah satu pertanyaan Susi Pudjiastuti kepada Ketum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir di acara Susi Cek Ombak Metro TV dengan tajuk " Kemanusiaan Universal, Sabtu (26/3/2022).

Menanggapi pertanyaan dari Susi yang merupakan Mantan Menteri KKP juga Tokoh Maritim Indonesia, Haedar mengatakan bahwa banyak orang mengklaim telah membangun ini dan itu tapi kenyataanya justru merusak. Allah SWT memerintahkan hambanya tidak berbuat kerusakan di muka bumi ini. Perintah ini Allah abadikan dalam surah Al-Baqarah ayat 11 yang artinya.

"Dan bila dikatakan kepada mereka, "Janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi:" Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan."

Kerusakan ulah manusia, ujar Haedar,terjadi di mana-mana karena mereka kehilangan kesadaran pendidikan.

Untuk itu, Muhammadiyah menyoroti  esensi penting yang perlu dicermati oleh segenap elemen anak bangsa. 

Pertama, membangun kesadaran pendidikan yang multidimensional. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan yang diperlukan olehnya. Secara teori seperti itu, tapi faktanya kerusakan seringkali terjadi.

Tapi esensi kesadaran pendidikan harus menyentuh kesadaran teologis, lingkungan dan metafisik. Hal ini penting karena moral adalah sesuatu yang abstrak, tidak berwujud tetapi sangat berperan dalam kehidupan manusia.

"selama kita berangkat dari edukasi pendidikan kesadaran,, membangun tapi merusak tuh kan proses merusak mindset, maka kita harus dimulai dari pendidikan,   pendidikan harus mulai kita ubah untuk,  membangun kesadaran yang multidimensional itu,  termasuk kesadaran manusia tentang dirinya,  tapi ini panjang karena.. kalau gini prndidikan kan begini jadi negara-negara yang maju di bidang pendidikan dan juga maju dalam pemerintahan," ungkap Haedar.

"ketika ada problem kan selalu bertanya apa yang rusak dari pendidikan...kita harus membenahi.. jangan disetting pendidikan hanya pabrik.... yang pabrik itu kuat skillnya nanti..tapi itu tadi..tapi tidak punya kesadaran teologis, kesadaran lingkungan, kesadaran metafisik," tambahnya. 

Kedua, Negara mesti mengkanalisasi setiap masalah. Dengan demikian, rakyat merasakan kehadiran negara yang tidak hanya sebatas power for strugggling tapi mampu menciptakan public good policy yang bijak. Maka dari itu, para elit negara yang ada di pemerintahan, partai politik, harus punya kesadaran tentang melangsungkan peradaban menghentikan berbagai dinamika agar tercipta perdamaian, tidak merusak alam dan kebajikan yang lain.

"Negara harus harus berperan untuk menjadi apa mengkanalisasi berbagai problem ini sebab kalau nggak yah... kan wilayah negara itu bukan power struggle tapi wilayah negara itu menciptakan public goods kebajikan untuk orang banyak...maka apa elit negara yang ada di pemerintahan, partai politik, harus punya kesadaran tentang melangsungkan peradaban menghentikan perang menciptakan perdamaian, tidak merusak alam, Kalau itunya tidak ada... justru Negara hanya menjadi menjadi alat teknis dari kepentingan banyak orang," ucap Haedar Nashir.

Muhammadiyah sejak awal memperkenalkan Islam dalam dua ranah. Pertama, pemikiran untuk menjadikan umat Islam yang cerdas berilmu dan maju. Kedua, yakni menerjemahkan Islam dalam realitas kehidupan yang nyata melalui pendidikan, pelayanan sosial kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi sebagai cikal bakal gerakan amal usaha Muhammadiyah.

Dalam praktik pendidikan,  membangun akhlak mulia dan kemajuan menjadi fokus utama. Sementara itu, Muhammadiyah berupaya sekuat tenaga mencegah dan melawan berbagai praktik penyalahgunaan, korupsi, penyimpangan, segala bentuk kekerasan. 

Oleh karena itu, menurut Haedar, Muhammadiyah ‘Aisyiyah akan selalu mendukung segala ikhtiar, baik dari lembaga masyarakat maupun dari pemerintah yang menyelenggarakan pendidikan untuk menghilangkan berbagai macam praktik kekerasan, kekerasan seksual, asusila, berbagai macam bentuk kemunkaran, keburukan, dan praktik yang fasadh fil ard.  

Itulah komitmen Muhammadiyah ‘Aisyiyah, yang menjadikan edukasi sebagai kekuatan utama di samping unsur pencegahan dan penindakan.