Belajar Kehidupan Leluhur Nusantara dari Serat Chentini
Kajian Kearifan Nusantara kali ini membahas naskah Jawa klasik dari abad 19, Serat Centini. Pembahasan ini diisi oleh Ahmad Chodjim, seorang penulis buku yang konsern pada dunia spiritual.

MONITORDAY.COM - Di tengah derasnya penetrasi budaya asing di Indonesia, diskusi dan kajian tentang kebudayaan lokal amat diperlukan. Selain untuk memberi pengetahuan kepada masyarakat akan budaya leluhur, juga dalam rangka memberi pemahaman terkait jatidiri bangsa.
Kajian Kearifan Nusantara merupakan satu dari sedikit komunitas yang mempunyai minat untuk mengkaji tradisi dan kebudayaan nusantara. Forum ini merupakan komunitas kajian berisi para penggiat budaya yang digelar rutin satu minggu sekali di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan.
Seperti pada seri kajian yang digelar Selasa (12/11/2019) di rumah seorang pengusaha dan juga desainer Poppy Darsono. Kajian Kearifan Nusantara kali ini membahas naskah Jawa klasik dari abad 19, Serat Centini. Pembahasan ini diisi oleh Ahmad Chodjim, seorang penulis buku yang konsern pada dunia spiritual.
Eka Satria Zamani, praktisi Psychoterapist, yang juga turut hadir dalam kesempatan itu mengatakan, isi dari Serat Chentini dijabarkan secara luas oleh pemateri dalam kajian ini. "Serat Centhini yang merupakan ajaran kehidupan leluhur nusantara yang penuh dengan metafora dijabarkan maknanya oleh Narasumber dengan gamblang dan mendalam," tuturnya.
Seperti dalam kesempatan itu, kajian tersebut berfokus pada bab yang membahas sebuah Desa bernama Wanamarta. Dikatakan Chodjim, desa tersebut merupakan sebuah lokus yang memberikan suatu pelajaran bahwa komunitas masyarakat harus mempunyai sifat inklusif.
"Di desa Wanamarta, pada saat ada kajian Islam, dalam waktu bersamaan di tempat lain orang membunyikan gamelan. Tidak terjadi persoalan. Semua bisa berjalan bersama," tuturnya.
Untuk diketahui, Serat Chentini merupakan salah satu karya sastra terbesar dalam Kesusastraan Jawa Baru, yang ditulis pada tahun 1814 masehi pada masa pemerintahan Sunan Pakubuwana IV. Sebuah serat yang penuh dengan daya tarik, tak akan habis dikaji dari berbagai sudut pandang.
Serat Chentini disebut juga Suluk Tambanglaras atau Suluk Tambangraras-Amongraga. Serat ini sering disebut sebagai Kitab Babon karena berisi segala macam ilmu pengetahuan dan kebudayaan Jawa. Bahkan, disebut juga sebagai Kamasutra-nya Indonesia.