Bahas Agenda Keumatan, ICMI Orda Cirebon Sambangi Unwir Indramayu

MONITORDAY.COM - Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) bukan lah lembaga riset. Pun bukan universitas. ICMI hanyalah kumpulan cerdik pandai muslim yang sejatinya merasa terpanggil bersumbangsih gagasan dan pemikiran untuk mengatasi persoalan bangsa.
Narasi diatas menjadi perbincangan hangat saat Koordinator ICMI Cirebon Raya H. Ali Wahyuno dan Ketua Yayasan YBWKC Drs. H. Ahmad Jazuli menyambangi Rektor Universitas Wiralodra Dr. Ujang Suratno, SH., M.Si di ruang kerjanya, Unwir, Sabtu (7/5/2022).
Menurut Ali, kunjungan ini juga sekaligus memberikan ucapan selamat kepada Dr. Ujang yang baru saja terpilih kembali sebagai Rektor Unwir.
Apalagi, kata Ali, Dr. Ujang adalah Wakil Ketua ICMI Orwil Jabar, seyogyanya menjadi kebanggan organisasi.
" Kami mengucapkan selamat kepada Dr. Ujang atas amanah ini, semoga Unwir semakin sukses," ucap Ali.
Sesuai arahan Ketua Orda ICMI Cirebon dr. H. Asad, Sp.THT-KL, Ali menyampaikan bahwa tujuan silaturahim ICMI itu membahas agenda-agenda keumatan dan ekonomi kerakyatan karena itulah yang dibutuhkan.
Tidak hanya narasi tanpa ada literasi produktif yang diikuti dengan implementasi program yang berkelanjutan.
Salah satu program yang tengah difokuskan adalah internship/pemagangan program dengan Negeri Sakura.
Untuk itu, Ali menyampaikan bahwa pihaknya menargetkan bagi lulusan SMK di Indramayu dan alumni Unwir untuk bisa magang kerja ke luar negeri.
Soal magang luar negeri, Ahmad Jazuli yang juga Wakil Ketua III ICMI Orda Cirebon mengungkapkan bahwa Jumlah buruh migran Indonesia asal Indramayu berdasarkan data penempatan tahun 2021 adalah sebanyak 5.262 orang.
Mengacu ke data Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), Jajuli menjelaskan, pada tahun 2019 saja, TKI dari Indramayu yang ditempatkan bekerja di luar negeri mencapai 23.435 orang. Adapun di tahun 2020, penempatan TKI asal Indramayu berjumlah 10.076.
Artinya, penempatan TKI asal Indramayu memang selalu menjadi yang terbanyak dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia.
Bahkan, ada kabar bahwa 50% warga di sejumlah desa dan kelurahan di Indramayu bekerja di luar negeri.
Jadi pertanda baik tentunya, tapi juga signal tak baik bagi Pemda Indramayu karena ini indikasi bahwa warga tidak menemukan kerja di kabupaten tersebut.
Seyogyanya, jadi catatan bersama untuk tidak saling menyalahkan, tapi perlu merapatkan barisan untuk menjadi problem solver yang baik.
Mirisnya lagi, pekerjaan yang digeluti oleh pekerja dari Kabupaten yang dikenal dengan mangga harum manis ini masih tenaga kerja kasar, belum yang profesional.
Padahal, Sumbangsih para tenaga kerja migran bagi perekonomian nasional tidak bisa dianggap remeh, bila dilihat dari remintansi tingkat remitansi atau uang kiriman TKI dari luar negeri.
Sebagai perbandingan, remitansi dari buruh migran lebih tinggi dari jumlah dana yang dikumpulkan pemerintah lewat program amnesti pajak.
Mengutip data Bank Indonesia, total uang kiriman TKI pada 2015 mencapai Rp119 triliun. Adapun, pada tahun 2016 hingga Oktober jumlahnya mencapai US$7,47 miliar atau setara Rp97,5 triliun.
Tren peningkatan tampak sangat signifikan dari tahun ke tahun. Lalu mau sampai kapan pekerja imigran kasar dari Indonesia bekerja di luar negeri.
Oleh karena itu, Jajuli menegaskan bahwa inilah peran ICMI yang sesungguhnya, mesti terpanggil.
Menurut Jajuli, program magang ini juga bisa dijadikan program beasiswa di Unwir yang menjadi jawaban dari berbagai tantangan di masa depan.
Sebab, kata dia, SDM di Indonesia harus dituntut untuk dapat mengembangkan potensi dan meningkatkan daya saing semaksimal mungkin.
Kedepannya, pekerja migran Indonesia, khususnya Indramayu di arahkan ke professional worker ketimbang pekerja kasar.