Bagaimana robot serangga bisa terbang?
Dengan teknologi laser dan fotovoltaik robot serangga bisa terbang secara mandiri alias nirkabel

Serangga yang banyak kita kenali sebagai hama memiliki kemampuan yang luar biasa. Robot tercanggih pun belum bisa menyamai kemampauan serangga. Sebuah robot memrlukan kepakan sayap dengan energi yang cukup besar.
Bagaimana robot serangga yang kecil dapat mengepakkan sendiri sayapnya? Para rekayasawan di University of Washington telah membuat langkah terobosan dengan robot lalat mereka. Publikasi pencapaian teknologi robot ini dikutip oleh popularmechanic.com.
Dengan ukuran dan kecepatan yang tepat, serangga robot dapat melakukan apa saja mulai dari survei pertumbuhan tanaman hingga memeriksa pipa untuk kebocoran mikroskopis. Penggerak elektronik yang harus dilekatkan ke robot membuatnya terbebani atau tertambat pada kawat yang menyalurkan sumber energi.
<iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/QdQL11uWWcI" frameborder="0" allow="autoplay; encrypted-media" allowfullscreen></iframe>
“Sebelumnya, konsep robot terbang berukuran serangga nirkabel adalah fiksi ilmiah. Akankah kita dapat membuatnya bekerja tanpa perlu kawat? RoboFly nirkabel baru kami menunjukkan bahwa mereka lebih dekat dengan kehidupan nyata, ”kata co-author Sawyer Fuller, asisten profesor di Departemen Teknik Mesin Universitas Washington dalam pernyataan pers-nya.
Secara teknis, kesulitan terbesar bagi tim Fuller adalah mengepakkan sayap. Jika kamu pernah mencoba menggerakkan lenganmu ke atas dan ke bawah dengan cepat, maka kamu bisa merasakan bagaimana sumber tenaga atau daya akan cepat terkuras.
Sementara itu sumber daya dan pengontrol terlalu besar untuk masuk ke dalam robot lalat ini. Inilah yang membuat perangkat sebelumnya yang dinamai Fuller, seekor lebah robot, tertambat ke sumber listriknya.
Untuk mengakalinya tim ini menggunakan pendekatan dua cabang : laser dan sel fotovoltaik. Sehingga daya atau energi bisa disalurkan melalui jaringan nirkabel. Hingga robot dalam ukuran kecil ini seakan bisa terbang sendiri tanpa kabel dan batere yang membebaninya.
Menempatkan (pointing) sinar laser tak terlihat dan sempit pada sel fotovoltaik dipasang di atas RoboFly, tim Fuller kemudian membiarkan sel mengubah sinar laser menjadi energi. Di atasnya sirkuit yang dibangun khusus meningkatkan tujuh volt yang berasal dari sel fotovoltaik ke 240 volt yang diperlukan untuk penerbangan.
"Itu adalah cara yang paling efisien untuk dengan cepat mengirimkan banyak daya ke RoboFly tanpa menambah banyak berat badan," kata rekan penulis Shyam Gollakota.
Dalam hal kontrol, mikrokontroler bertindak sebagai otak RoboFly. Pengontrol mengirimkan tegangan yang dikumpulkan dalam gelombang ke sayap robot, menirukan bagaimana lalat sungguhan beroperasi.
“Ini menggunakan pulsa untuk membentuk gelombang. Untuk membuat sayap mengepak ke depan dengan cepat, ia mengirimkan serangkaian pulsa secara berurutan dan kemudian memperlambat pulsinya ke bawah saat Kamu mendekati puncak gelombang. Dan kemudian melakukan ini secara terbalik untuk membuat sayap mengepak dengan mulus ke arah lain, 'kata Johannes James, penulis utama dan mahasiswa doktor teknik mesin.
RoboFly saat ini hanya dapat tinggal landas dan mendarat. Langkah selanjutnya akan melibatkan mengarahkan laser sehingga RoboFly dapat merentangkan sayapnya sedikit dan bergerak.