Apa itu Filosofi Budo dalam Karate Tradisional?
Istilah ini menjadi salah satu dasar nilai filosofis dalam karate tradisional dimana kemenangan bukanlah tujuan akhir. Tradisi karate adalah seni bela diri yang hanya menggunakan dan dengan cara yang paling efisien dari tubuh manusia. Tak sekedar soal menangkis, memukul dan menendang.

LAKBAN - Mungkin kita lebih sering membaca atau mendengar istilah Bushido. Sementara yang akan kita bahas adalah BUDO. Asal katanya dari cara (DO) untuk melengkapi karakter manusia melalui studi teknik pertempuran (BU). Budo adalah dasar dari disiplin fisik yang mengejar kemenangan tanpa berkelahi. Sementara SHI artinya ksatria.
Istilah ini menjadi salah satu dasar nilai filosofis dalam karate tradisional dimana kemenangan bukanlah tujuan akhir. Tradisi karate adalah seni bela diri yang hanya menggunakan dan dengan cara yang paling efisien dari tubuh manusia. Tak sekedar soal menangkis, memukul dan menendang.
Kekuatan fisik memang penting namun bukan faktor yang paling menentukan dalam pertempuran. Selama berabad-abad Budo telah berusaha mengembangkan sistem seni bela diri yang tidak bergantung pada kekuatan fisik, tetapi lebih pada teknik psikologis dan fisik yang memaksimalkan energi dan kekuatan seseorang.
Latihan Budo meningkatkan kekuatan mental, skala dan kelas seseorang dengan cara yang berpotensi memungkinkan seorang karateka untuk mengendalikan lawan tanpa konfrontasi fisik. Maka tak heran Bala Tentara Dai Nippon pun mampu mengejutkan kekuatan adikuasa dalam Perang Dunia II. Filosofi perang yang tertanam kuat di dada para prajurit mampu melipatgandakan efektifitasnya dalam menaklukkan lawan.
Filosofi Budo memiliki akar yang panjang. Berangkat dari tradisi yang berakar kuat. Tumbuh bersama dengan sejarah Jepang. Dalam suasana perang maupun damai. Dimana berbagai kekuatan saling berinteraksi bahkan saling mengalahkan. Di Jepang, perang saudara sering pecah setelah Pemberontakan Tengyo pada tahun 940-an Masehi.
Konflik antar kekuatan sesama bangsa Jepang berlangsung lama. Adu kuat dan adu strategi. Dalam suasana kompetisi kekuatan yang ketat dalam merebut hegemoni kekuasaan itulah teknik beladiri sebagai bagian dari teknik pertempuran berkembang pesat. Selama periode konflik internal beberapa teknik pertempuran, termasuk menunggang kuda, memanah, naginata, ilmu pedang, menara dan pertempuran medan perang dikembangkan.
Pengenalan senjata api pada tahun 1543 mendorong evolusi sistem pertempuran. Armor kayu dan kulit yang dipernis secara tradisional dianggap usang dan, tanpa pakaian berat seperti itu, para prajurit dapat menggunakan teknik yang cepat dan canggih ketika terlibat dalam pertempuran hand on hand.
Filosofi pertempuran semacam Budo juga dimiliki oleh hampir semua bangsa. Termasuk bangsa Indonesia, misalnya di Jawa ada filosofi 'menag tanpo ngasorake' (menang tanpa merendahkan lawan). Setiap bangsa memiliki kemampuan untuk menggali dasar filisofi dalam seni bela diri. Namun ada nilai-nilai yang bersifat universal dan diakui oleh berbagai bangsa. Dan Budo adalah salah satu filosofi universal yang berakar dari Jepang dan dipelajari serta dikembangkan menjadi inti ajaran dalam karate.