Akibat Covid-19 Melonjak di Negeri Ottoman, Dokter dan Politisi Saling Tuding
Kasus Covid-19 yang kembali melonjak di Turki memicu ketegangan antara dokter dan politisi.

MONITORDAY.COM - Kasus Covid-19 yang kembali melonjak di Turki memicu ketegangan antara dokter dan politisi. Mengutip Reuters,pada Minggu (20/09/2020), kedua belah pihak saling tuding.
Dari sisi dokter, mereka mencurigai bahwa angka kasus yang dilaporkan resmi pemerintah itu masih di bawah angka aktual sementara dari sisi politisi, mereka menuduh asosiasi medis gagal dalam mengatasi pandemi Covid-19 di negara yang dipimpin oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan ini.
Lebih dari 1.600 kasus baru dan 60 kematian akibat Covid-19 sekarang dilaporkan setiap hari, jauh dari tingkat puncak pada bulan April. Angka ini terus meningkat, dengan jumlah rata-rata kematian sekarang tiga kali lipat dari tingkat yang tercatat antara Juni dan Agustus.
ara dokter di Turki mengenakan pita hitam pada minggu ini untuk memperingati rekan-rekannya yang telah meninggal, sebagai bentuk protes yang juga bagian dari kampanye media sosial dengan pesan untuk pemerintah: "Anda tidak dapat mengaturnya, kami lelah".
Banyak dokter mempertanyakan angka resmi Covid-19, dengan mengatakan bahwa meskipun mereka tidak memiliki data nasional independen mereka sendiri, skala kasus yang mereka lihat di tingkat lokal tidak sesuai dengan gambaran yang lebih besar yang disajikan oleh pemerintah.
"Jumlah hanya satu kota, atau jumlah yang diungkapkan oleh satu atau dua kamar medis hampir sama dengan jumlah (resmi) untuk seluruh negeri," kata dokter Halis Yerlikaya yang bekerja di sebuah rumah sakit di Provinsi tenggara Diyarbakir, kepada Reuters.
"Proses ini tidak ditangani secara transparan," katanya lagi.
Mengenakan pita hitam di jas medis putihnya, dia mengatakan dokter ingin menyoroti tantangan dan risiko yang mereka hadapi.
"Kami telah mencoba untuk menyampaikan suara rekan kami yang terjangkit Covid-19, yang berjuang untuk hidup mereka di rumah sakit. Oleh karena itu, kami memulai protes ini," imbuhnya.
Kampanye para dokter tersebut memicu teguran keras dari sekutu parlemen Presiden Tayyip Erdogan, yang menuduh mereka melakukan pengkhianatan dan menyerukan agar asosiasi medis ditutup.
"Asosiasi Medis Turki sama berbahayanya dengan virus corona dan menyebarkan ancaman," demikian kicauan yang ditulis oleh Anggota dari Partai Gerakan Nasionalis Devlet Bahceli.
"Asosiasi Medis yang membawa kata 'Turki' dalam namanya harus segera dan tanpa penundaan ditutup," tegasnya.
Menteri Kesehatan Fahrettin Koca menepis kritik asosiasi terhadap data Covid-19, dengan mengatakan dia telah berulang kali menyoroti ancaman yang ditimbulkan oleh jumlah yang terus bertambah dan tidak mengecilkan tantangan yang dihadapi rumah sakit.
"Menurut saya, situasinya merepotkan. Saya katakan, jumlah kasus kritis naik 100% dibandingkan bulan lalu. Saya mengungkap jumlah kematian yang 4,5 kali lebih banyak dari bulan lalu," katanya.
"Tapi sama sekali tidak ada kesalahan dalam bagan yang kami rilis, dalam hal beban perawatan kesehatan," imbuhnya.
Sebagai informasi, Turki, negara berpenduduk sekitar 83 juta orang sejauh ini melaporkan sekitar 300.000 kasus Covid-19, dengan hampir 7.400 kematian.