4 Warung Kopi Legendaris di Indonesia
Sesempurna apa pun kopi yang kamu buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tak mungkin kamu sembunyikan

LAKEYBANGET.COM – Warung Kopi di Indonesia adalah tempat yang cocok untuk menikmati secangkir kopi bersama sahabat, rekan kerja maupun kerabat, disana juga kamu bisa bertemu orang dari berbagai macam golongan, beda dengan kafe yang jelas-jelas itu sudah modern dan menjadi tempatnya para kaum ekspatriat dan anak muda gaul masa kini. Seperti kutipan dari novel dee
“Kita tidak bisa menyamakan kopi dengan air tebu. Sesempurna apa pun kopi yang kamu buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tak mungkin kamu sembunyikan.”
? Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade
Yap warung-warung kopi ini memang menu andalannya adalah kopi hitamnya yang pahit dan kental. Bukan kopi yang sudah di mix dan memiliki berbagai rasa. Nah Lakeybanget mau berbagi tempat dimana kamu bisa merasakan nikmatnya secangkir kopi murni dengan kehangatan suasana dan ramah tamah pengunjungnya dan juga bisa merasakan nuansa masa lalu yang klasik.
Berikut adalah beberapa warung kopi legendaris yang ada di Indonesia. Cekidot!
Warung Kopi Purnama
Warung Kopi yang berada di Jalan Alkateri No. 22 Bandung, tidak jauh dari daerah Pasar Baru juga jalan Asia Afrika. Sebelum bernama Warung Kopi Purnama, nama sebelumnya berbahasa mandarin dan punya arti “Silakan mencoba!”. Seperti pada logonya, warung kopi ini sudah berdiri sejak tahun 1930, bahkan sebelum Indonesia merdeka, sebelum Konferensi Asia-Afrika diselenggarakan. Gurat sejarah warung kopi ini, tertulis pada lembaran menu.
Warung Kopi Purnama, setia menjadi saksi berubahnya daerah sekelilingnya. Hal ini yang membuatnya menjadi unik, kesetiaan pada era klasik. Manusia masa kini, akan selalu rindu masa lalu. Warung Kopi Purnama membantu memanggil memori yang tak pernah pergi.
di sini, yang menghidangkan kopinya bukan barista, tapi waitress. Seperti namanya kan, konsepnya ya warung kopi. Menunya pun bukan kopi dengan berbagai penyajian disertai hidangan ala barat tapi lebih ke menu warung makan Indonesia.
Yang menjadi andalan Warung Kopi ini adalah kopi hitam kentalnya, buat yang gak suka kopi hitam atau kopi murni, bisa coba kopi susunya, rasanya sama enaknya. Untuk kopi murninya, kekntalan dan rasanya pas banget.
Untuk camilannya paling banyak dipesan adalah roti srikaya, roti yang dibuat sendiri alias home made dengan dilapisi selai srikaya. Untuk harga semua menu disini teramat murah ya itu satu lagi pembeda antara warung kopi dengan kafe.
Warung Kopi Kang Djie
Bangka Belitung tidak hanya menawarkan keindahan alamnya tapi juga keramahan masyarakat Belitung seperti pada film laskar pelangi. Keramahan tersebut bisa kita rasakan di sebuah warung kopi legendaris di Belitung. Warung Kopi Kong Djie namanya, berdiri sejak tahun 1945. Warung kopi ini sekarang di kelola oleh seorang yang ramah dan murah senyum yang dipanggil om Joni. Terletak di sudut jalan di depan sebuah gereja Regina Pacis dan tepat dipinggir jalan raya yang menghubungkan tugu batu satam dan pantai Tanjung Pendam, serta berdekatan pula dengan pasar dan pelabuhan. Karena letaknya sangat strategis warung ini tidak pernah sepi pengunjung dari mulai buka jam 05.00 dinihari hingga pukul 16.00.
Memang kebiasaan masyarakat Belitung adalah mengawali dan mengakhiri hari dengan segelas kopi. Pagi hari ketika mereka hendak berangkat kerja biasanya di hantaran oleh semangat pagi dari segelas kopi yang di racik sempurna di warung Kong Djie. Dan setelah pulang kerja segelas kopi juga seolah dijadikan sarana untuk melepas penat yang menghimpit akibat beban pekerjaan.
Menu-menu kopinya sederhana saja. Yang paling laris adalah kopi O atau kopi hitam dan kopi susu. Untuk Kopi hitamnya merupakan campuran antara robusta dan arabica dan dimasak dengan menggunakan arang membuat kopi matang sempurna. Untuk meracik dua jenis kopi yang berbeda juga butuh keahlian yang tidak bisa di bilang mudah.
Disini kamu bisa menemukan Kopi yang lezat, warung yang hangat dan senyum serta sapa yang membuat kita rasanya sudah mengenal satu sama lain. Walaupun penikmat kopi yang datang dari berbagai suku dan golongan, mulai dari buruh pelabuhan hingga pemegang tender proyek-proyek besar, Namun ternyata aroma kopi yang menyeruak memenuhi warung ini menjadi pemecah tembok-tembok pembatas yang di beberapa tempat memang sengaja di buat untuk memisahkan golongan-golongan itu.
Warung Kopi Mieng Hao (Apek)
Kalo ke Medan jangan lupa datang ke warung kopi Apek yang dulunya disebut dengan Warung Kopi Mieng Hao. Letaknya di kawasan bangunan tua Belanda di daerah Kesawan, tepatnya di pojok Jalan Hindu dan Jalan Perdana. Warung dibuka pertama kali sekitar tahun 1922 saat kawasan Kesawan masih dipenuhi kantor perkebunan Sumatera Timur.
Pemiliknya, Thaia Tjo Lie lebih dikenal dengan sebutan Apek. Warung kopi ini sudah menjadi ikon di kota Medan, dan menyimpan sejarah panjang kehidupan multi etnis kota ini. Apek merupakan generasi kedua yang terus bertahan membuka kedai kopi di jalan Hindu nomor 37 Medan.
Warung Kopi Mieng Hao buka dari pagi dan hanya sampai jam dua siang dalam sebuah ruangan yang luasnya kira2 40 meter persegi. Ruang yang tak terlalu luas ini dihiasi oleh furnitur yang juga bergaya retro. Di dinding terdapat kliping tulisan harian Kompas yang berjudul “Warung Multikultur Kota Medan” yang terbit tanggal 8 Juni tahun 2008. Terdapat kliping dari koran lokal tentang romantisme kedai kopi Apek yang merefleksikan tempat ini harus kamu kunjungi saat berada di Medan.
Kopi yang dihidangkan Apek adalah kopi hitam. Orang sering menyebutnya kopi O. Artinya kopi pahit tanpa gula. Ia merahasiakan resepnya. Tetapi, Apek mengatakan kopi sumatera yang paling enak baginya adalah dari Sidikalang dan Lintong Hasundutan.
Jika kamu memesan kopi hitamnya, kmu juga akan disuguhi gula dan susu cair yang dihidangkan terpisah dari kopi. Cangkir penghidang kopi terlihat sangat tua sama seperti suasana warung kopi tersebut. Semua terlihat klasik, Karena warung sudah tua, tamu yang pernah singgah macam-macam. Warung ini pun menjadi saksi perjalanan sejarah Indonesia. Puluhan tahun lalu, pegawai dan direktur perusahaan perkebunan seperti London Sumatra Company, Harrison Crossfield, atau NV Borzoi suka singgah di warung itu.
Selain kopi, Apek juga menyediakan sarapan roti tawar bakar dengan selai srikaya. Pelanggan juga bisa minta telur rebus. Dan siapa pun yang masuk ke warung juga boleh pesan makanan ke pedagang di sekeliling warung kopi Apek.
Warung Kopi Sibu-Sibu
Kota Ambon juga memiliki warung kopi legendaris walaupun tidak setua beberapa warung kopi sebelumnya, warung kopi ini bernama warung kopi Sibu-Sibu. Warung Kopi Sibu-Sibu di Kota Ambon ini punya keunikan sendiri. Tempatnya kecil saja, membuat para pelanggan menjadi lebih akrab dan santai. Tidak heran karena budaya “ngopi” itu sebetulnya kuat sekali di Ambon ini. Di warung kopi Sibu-Sibu yang berarti (angin) sepoi-sepoi, pemiliknya mengkoleksi foto dan poster para tokoh-tokoh ternama yang berdarah Maluku. Baik itu tokoh dalam maupun luar negeri.
Agak mengejutkan juga ketika melihat koleksi poster-poster tersebut karena ternyata banyak sekali tokoh kelas dunia yang berdarah Maluku, mulai dari penyanyi, atlet, bahkan putri kecantikan. Sangat mengagumkan, yang lebih mengagumkan adalah upaya pemilik warung kopi Sibu-Sibu ini yang berinisiatif menggunakan warung kopi sebagai media koleksi. Warung kopi itu sendiri terdiri atas ruang utama seluas 7 meter x 5 meter dengan meja dan kursi yang tertata rapi. Di depannya sebuah beranda. Di sini, pelanggan bisa minum kopi sambil memandangi perempatan Tugu Trikora.
Warung Kopi Sibu-sibu menawarkan makanan ringan khas Maluku. Sagu dan kacang garam, buburnei (bubur dari sagu diberi santan dan gula). Kopi rarobang (jahe), dan kopi areng-areng (kopi hitam) ditaburi irisan tipis kenari gurih. Pasangan pas minum kopi adalah pulut siram (ketan bertabur parutan kelapa yang disiram air gula aren), koyabu, kasbi tone (sejenis getuk), dan embal kacang. Santai menikmati kopi, kita disuguhkan dengan musik Maluku. Musik Hawaiian dan folk Maluku dari grup-grup musik Ambon era 1950-1980-an. Terdapat 200-an piringan hitam musik khas Maluku bisa dinikmati di Sibu-Sibu.
Jika berkesempatan mengunjungi Kota Ambon, mampirlah ke warung kopi Sibu-Sibu, cari Tugu Trikora, lalu ada gedung KNPI, warung kopi itu ada di seberangnya.
So sobat LakBan, bagi kamu yang ingin menikmati sensasi minum kopi sambil bertemu orang baru dan juga mempelajari sejarah, bisa mampir ke warung- warung kopi legendaris tersebut.