Uang elektronik yang Cocok di Pesantren
Santri atau penghuni sekolah berasrama membutuhkan uang elektronik yang aman, praktis, dan diterima secara luas

LAKBAN- Buat kamu yang menempuh pendidikan di pesantren ketersediaan uang kontan sering menjadi masalah. Pesantren adalah sebuah lingkungan sekolah berasrama. Para penghuni berinteraksi dengan intens. Jadwal kegiatan pun terbilang padat. Pesantren adalah fullday school dalam arti yang sesungguhnya. Pendidikan watak sekaligus penajaman intelektual ada di sana.
Pesantren ada yang masih tradisional ada yang sudah modern. Baik dari sistem pendidikan maupun tampilan fisiknya. Mindset dan paradigma pengasuh pesantren sangat mempengaruhi pola pendidikan yang terselenggara. Yang lebih penting adalah cara pandang dan konsep pendidikan pengasuh.
Layaknya kehidupan asrama, para penghuni membutuhkan berbagai layanan. Dari makanan, ATK, komunikasi hingga laundry. Banyak transaksi yang terjadi di lingkungan pesantren sehari-harinya. Menjadi tantangan tersendiri agar transaksi pembayaran produk dan jasa bisa dilakukan dengan praktis, cepat, dan aman.
Kesulitan yang sering dialami adalah ketersediaan uang kontan. Biasanya ada aturan yang membatasi uang saku para santri. Bila santri memiliki kartu debit mungkin lebih sering digunakan untuk pengambilan tunai. Sementara untuk belanja, belum banyak warung atau toko yang memiliki mesin EDC atau mesin gesek kartu debit atau kartu kredit.
Dari sisi kenyamanan, keamanan, dan kepraktisan uang kontan sudah semakin ketinggalan zaman. Ada kebutuhan uang kontan dalam jumlah tertentu yang mendesak seringkali terjadi. Teknologi kartu berbasis Chip, QR Code dan NFC menyediakan peluang yang lebih praktis dan aman dalam transaksi non tunai.
Di era fintech, ketersediaan uang elektronik dalam bentuk kartu chip maupun e-wallet sudah mulai luas digunakan. Setiap bank merilis produk uang elektronik dengan berbagai varian. Di luar bank pun semakin banyak penyedia uang elektronik dan dompet elektronik.
Salah satu pilihan uang elektronik yang cocok adalah kartu chip. Di pesantren biasanya dikenakan pembatasan penggunaan gawai. E-money berbasis kartu ini sejak 2016 sudah diterapkan oleh Bank Indonesia di pesantren, misalnya di Ponpes Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Kartu dengan identitas pemilik ini sudah mulai diakrabi para santri. Kelemahannya adalah tidak adanya PIN sehingga kurang aman karena bisa digunakan oleh siapapun bila kartu tersebut hilang.
Sosialisasi penggunaan ini terus berjalan di berbagai provinsi. Pada tahun 2017, BI juga memperkenalkan penerapan uang elektronik ini di beberapa pesantren di Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu. Pihak BI Bengkulu menegaskan bahwa penggunaan uang elektronik di pesantren lebih dibutuhkan dibanding di sekolah-sekolah non-pesantren.
Lakban merekomendasikan untuk belanja tunai, para santri bisa menggunakan uang elektronik berbentuk kartu. Sementara untuk belanja online menggunakan dompet elektronik.